Kamis, 21 Februari 2013

pelaran matematis dengan strategi learning cycle 5E dan mengetahui se3lf cinfidence siswa



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu negara, karena suatu negara akan maju dan berkembang apabila memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki skill yang baik. Diantaranya program pendidikan itu adalah pendidikan matematika yang merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, karena matematika tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas manusia yang membentuk pola pikir manusia dalam bidang-bidang tertentu, terlatih bernalar, berpikir kritis, logis dan sistematis. Dengan demikian pemikiran tersebut akan dapat membantu dalam pengembangan dalam ilmu matematika itu sendiri. Oleh karena itu, ilmu matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga matematika dipelajari di setiap jenjang pendidikan.
1
Dalam pembelajaran matematika terdapat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, tujuan umum pembelajaran matematika menurut National Council of Teachers of Matematics atau NCTM (2000) yaitu siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Untuk mewujudkan tujuan belajar matematika yang maksimal perlu didukung dengan kemampuan berpikir siswa secara optimal. Menurut NCTM (2000) salah satu kemampuan berpikir yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan penalaran matematis. Penalaran matematis merupakan salah satu aktivitas berpikir matematis di samping pemahaman, komunikasi, pemecahan masalah dan koneksi matematis. Siswa dikatakan memiliki kemampuan penalaran matematis jika siswa telah mampu: 1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar atau diagram; 2)  Mengajukan dugaan; 3) Mekakukan manipulasi matematika; 4) menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi; 5) menarik kesimpulan dari pernyataan; 6) memeriksa kesahihan suatu argumen; 7) Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat genaralisasi. Untuk menumbuhkan kemampuan ini siswa dituntut aktif dalam pembelajaran matematika.
Selain faktor kognitif yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran adalah faktor afektif dan metakognitif. Faktor afektif mengacu pada perasaan (feelings) dan kecenderungan hati (mood). Ada tiga faktor afektif yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran matematika siswa, yaitu: keyakinan, sikap dan emosi. Faktor keyakinan berhubungan denga kepercayaan diri siswa karena akan berpengaruh pada tindakan, upaya, ketekunan dan fleksibelitas dalam perbedaan, dan realitas tujuan. Karena dengan  adanya kepercayaan diri  (self confidence),  siswa akan lebih percaya diri terhadap tindakan yang akan dilakukan dan dikerjakan dalam belajarnya.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan dengan siswa dan guru matematika kelas VIII A di SMP Negeri 5 Putri Hijau, menunjukkan bahwa di dalam pembelajaran matematika lebih berpusat kepada guru, guru lebih aktif sebagai pemberi informasi bagi siswa, sedangkan siswa hanya menerima secara pasif semua informasi yang disampaikan oleh guru. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, siswa hanya mencontoh dan mencatat bagaimana cara menyelesaikan soal setelah dikerjakan oleh gurunya, jika mereka diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, mereka mulai merasa bingung karena tidak tahu harus mulai darimana mereka mau bekerja, para siswa jarang sekali bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas atau kurang dipahami, siswa juga kurang memiliki keyakinan untuk mengerjakan soal ke depan kelas.
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa permasalahan yang timbul adalah ketika siswa dihadapkan dengan materi yang banyak menggunakan proses penalaran, sementara dalam pokok bahasan kubus dan balok banyak menggunakan proses penalaran matematis siswa.
Sehingga dalam proses pembelajarannya, kebanyakan siswa tidak memenuhi standar nilai yang ditetapkan oleh sekolah dan mendapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan. Hal ini diketahui dari banyaknya siswa yang  tidak dapat menyelesaikan soal yang dianggap mudah oleh guru. Penalaran matematis merupakan suatu kesanggupan dalam mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan konsep matematika yang telah dipelajari sebelumnya.  Jadi kesulitan siswa dalam belajar matematika disebabkan  siswa kurang memiliki kemampuan penalaran matematis.
Untuk mengatasi masalah yang ada di SMP N 5 Putri Hijau ini, maka guru dapat menerapkan strategi pembelajaran inovatif dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran  matematika yang dapat mengembangkan kemampuan penalaran   adalah  pembelajaran yang memberikan keleluasaan berpikir  kepada siswa dan selain itu harus menuntut kepercayaan diri siswa dalam belajar. Pembelajaran tersebut tentu harus berpusat kepada siswa, sedangkan peran guru dalam  pembelajaran  tidak  hanya sebagai penyampai informasi saja melainkan  sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang akan memberikan kesempatan siswa untuk belajar aktif dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Upaya dalam  mengembangkan kemampuan penalaran   tersebut dapat diterapkan  suatu strategi pembelajaran yang inovatif dalam belajar yaitu strategi pembelajaran Learning Cycles 5E. Strategi pembelajaran Learning Cycles 5E bertujuan  membantu mengembangkan berpikir siswa dari berpikir kongkrit ke abstrak (atau dari kongkrit ke formal). Learning Cycle 5E  merupakan  model pembelajaran yang digunakan pada bidang sains namun dilihat dari konteksnya strategi pembelajaran  ini juga dapat digunakan pada mata pelajaran  matematika.  Learning Cycles 5E  pada dasarnya strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang terdiri dari lima fase yaitu  engagement (pembangkitan minat),  exploration (eksplorasi), explanation (menjelaskan), elaboration (perluasan), dan evaluation (evaluasi) yang diorganisasi sedemikian  rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.
Berdasarkan  latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian tentang kemampuan penalaran matematis siswa serta dengan melihat  kemampuan self confidence siswa melalui pembelajaran matematika.  Pembelajaran yang akan dilakukan  adalah pembelajaran yang memberikan  suatu  tindakan  melalui alternatif pembelajaran yang berorientasi pembelajaran yang berpusat ke siswa yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran  siswa,   sehingga penulis mengangkat judul penelitian ini yaitu “Upaya Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan  Melihat  Self Confidence Siswa Melalui Strategi  Pembelajaran Learning Cycle 5E Pada Siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran  Learning Cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dan mengetahui Self Confidence siswa pada kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara ?
2.      Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran  Learning Cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dan mengetahui Self Confidence siswa pada kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara ?
3.      Bagaimana  Self Confidence siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau setelah penerapan strategi pembelajaran  Learning Cycle 5E dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis ?
4.      Apakah dengan penerapan  strategi pembelajaran Learning Cycles 5E  dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII A  SMP Negeri 5 Putri Hijau Bengkulu Utara ?
C.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mendeskripsikan aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan penerapan strategi pembelajaran  Learning Cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan mengetahui Self Confidence siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara.
2.    Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan strategi pembelajaran  Learning Cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan mengetahui Self Confidence siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara.
3.    Untuk mengetahui Self Confidence siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau setelah penerapan strategi pembelajaran  Learning Cycle 5E dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis.
4.    Untuk Mengetahui  dengan penerapan  strategi pembelajaran Learning Cycles 5E  dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII A  SMP Negeri 5 Putri Hijau Bengkulu Utara.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi:
v  Guru
Sebagai bahan pertimbangan untuk menggunakan strategi pembelajaran Learning Cycle 5E dalam pembelajaran matematika.
v  Siswa
a.    Siswa dapat meningkatkan penalaran pada pembelajaran matematika
b.    Siswa terdorong untuk lebih percaya diri (Self Confidence) dan lebih giat lagi dalam belajar
v  Sekolah
Penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode  dan strategi pembelajaran matematika.
v  Peneliti
Mendapatkan pengalaman secara langsung dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
E.     Definisi Istilah.
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami isi, maka diberikan beberapa definisi istilah berikut:
1.      Penalaran Matematis adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan berpikir dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
2.      Self confidence adalah suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas perbuatannya, harkat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.
3.      Strategi pembelajaran Learning Cycle 5E adalah strategi pembelajaran yang berbasis inquiry dan metode pengajarannya berpusat pada siswa, yang terdiri dari 5 fase yaitu engagement (pembangkitan minat), exploration (eksplorasi), explanation (menjelaskan), elaboration (elaborasi), dan evaluation (evaluasi).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sejalan dengan Dimyati dan Mujiono, Sagala (2009 : 62) menyatakan bahwa pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan aktivitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
9
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan  ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
B.     Pembelajaran Matematika
Matematika adalah salah satu materi pembelajaran yang diajarkan di sekolah. Matematika yang diajarkan disekolah adalah bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan pendidikan dan perkembangan IPTEK.
Dalam pembelajaran matematika pada hakikatnya merupakan interaksi  3 komponen, yaitu guru,  siswa, dan matematika. Agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan lancar maka ketiga komponen tersebut harus berjalan secara sinergi. Artinya, guru dalam pembelajaran tidak hanya menjadi satu-satunya sumber informasi, yang pada akhirnya proses pembelajaran tidak bersifat satu arah dan transfer informasi saja. Hal lainnya dalam pembelajaran matematika adalah mengutamakan potensi dan kemampuan siswa dari segi kognitif, afektif, dan psiomotor. Salah satu diantaranya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi matematis siswa.
Diperkuat oleh tujuan matematika yang termuat pada kurikulum 2006, bahwa siswa diharapkan mampu untuk memiliki kemampuan sebagai berikut:
a.       Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasi konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b.      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c.       Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d.      Mengkomunikasikan gagasan atau ide dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e.       Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika. Serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan tersebut sangat jelas bahwa matematika berperan mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi dan menyelesaikan maslah serta dapat percaya diri dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses interaksi antar guru, siswa, serta sumber belajar dalam matematika yang menekankan pada pola pikir yang dapat memecahkan masalah secara logis dan akurat.
C.      Pembelajaran Matematika di SMP
a.    Matematika SMP
Mata pelajaran matematika di SMP mempunyai standar kompetensi yang terdiri dari 4 aspek yaitu : 1) Bilangan; 2) Aljabar; 3) Geometri dan pengukuran; 4) Peluang dan Statistika.
Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dalam pembelajaran matematika yang mencakup keempat aspek tersebut adalah mencakup : memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (Permendiknas No 22 Tahun 2006 dalam Shadiq, 2009 :1)
Adapun tujuan khusus pengajaran matematika di SMP yang terdapat Pada   GBPP    matematika yaitu sebagai berikut:
a.       Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika
b.      Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah
c.       Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
d.      Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.
(TIM MKPBM UPI, 2001 : 57)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran  matematika di sekolah siswa diharapkan  memiliki kemampuan atau kecakapan di bidang matematika yang dipelajarinya. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan penalaran matematis.
b.   Karakteristik Siswa SMP
Menurut Piaget (dalam TIM MKPBM UPI, 2001: 57) bahwa perkembangan kognitif anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
a.       Tahap sensori motor, dari lahir sampai umur 2 tahun
b.      Tahap praoperasional, umur 2 – 7 tahun
c.       Tahap operasi kongkret, dari umur 7 – 11 tahun
d.      Tahap operasi formal, dari umur 11 – 15 tahun
Berdasarkan tahap perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Piaget, dapat diketahui bahwa siswa SMP berada pada tahap formal operasi yaitu pada umur 11 – 15 tahun. Dimana pada tahap ini anak sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang bersifat abstrak, tanpa berhadapan langsung dengan objek atau benda yang kongkrit. Dengan demikian, siswa SMP sudah dapat menggunakan kemampuan berpikirnya dalam membangun pemahaman dan pengetahuan melalui pemecahan masalah yang ada, oleh karena itu dalam pembelajaran matematika siswa diharapkan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan fungsi dan taraf kognitif siswa.
D.    Kemampuan Penalaran Matematis
Di dalam pembelajaran matematis yang berlangsung di kelas, penalaran dan siswa tidak dapat dipisahkan, karena pola berpikir yang dikembangkan matematika membutuhkan dan melibatkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Menurut Depdiknas (dalam  Shadiq, 2004:3) “materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika”.
a.      Pengertian Penalaran Matematis
Penalaran adalah salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika yang merupakan proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta dan sumber yang relevan.
Penalaran adalah proses berpikr yang dilakukan dengan satu cara untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan yang bersifat umum dapat di tarik dari kasus-kasus yang bersifat individual. Tetapi dapat pula sebaliknya, dari hal yang bersifat individual menjadi kasus yang bersifat umum. Bernalar adalah melakukan percobaan didalam pikiran dengan hasil pada setiap langkah dalam untaian percobaan itu telah diketahui oleh penalar dari pengalaman tersebut.
Menurut Shadiq (dalam Wardhani,2008:11) penalaran matematis adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan berpikir dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Menurut Wardhani (2008 : 12) ada beberapa contoh belajar dengan menggunakan penalaran matematis :
Ø  Jika besar dua sudut dalam segitiga 60° dan 100° maka besar sudut yang ketiga adalah 20°.
Ø  Sekarang Ani berumur 15 tahun. Umur  Dina 2 tahun lebih tua dari Ani. Jadi sekarang umur Dina adalah 17 tahun.
Dari contoh diatas bahwa materi matematika dan penalaran matematis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran matematis, dan penalaran matematis dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika.
b.      Jenis-Jenis Penalaran Matematis
Secara garis besar terdapat dua jenis penalaran matematis yaitu :
§  Penalaran induktif
§  Penalaran deduktif
Menurut Wardhani (2008:12) penalaran induktif adalah proses berpikir yang menghubungkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang sudah diketahui menuju suatu kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan penalaran deduktif yaitu suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal yang khusus yang berpijak pada hal umum atau hal yang sebelumnya telah dibuktikan kebenarananya.
Contoh penalaran induktif yaitu, siswa mampu menyimpulkan bahwa jumlah sudt dalam segitiga adalah 180°, kemudian memotong tiga sudut pada berbagai bentuk segitiga, yaitu segitiga lancip, segitiga siku-siku dan segitiga tumpul, kemudian tiga sudut  yang dipotong pada tiap segitiga, dirangkai membuat sudut lurus. Siswa mampu melakukan penalaran induktif, setelah mengukur tiap sudut pada berbagai bentuk segitiga.
Contoh penalaran deduktif yaitu siswa mampu melakukan pembuktian bahwa sudut dalam segitiga itu adalah 180°. Dengan menggunakan sifat sudut pada dua garis sejajar yang dipotong oleh garis ketiga.
c.       Karakteristik Penalaran Matematis
§  Adanya suatu pola pikir yang disebut logika. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. Berpikir logis  ini diartikan sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu.
§  Proses berpikirnya bersifat analitik. Penalaran merupakan suatu kegiatan yang mengandalkan diri pada suatu analitik, dalam kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analitik tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
d.      Indikator Penalaran Matematis
Dalam penjelasan teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (dalam Wardhani, 2008 : 14) diuraikan bahwa indikator siswa memiliki kemampuan dalam penalaran matematis adalah mampu :
1.      Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram.
2.      Mengajukan dugaan (conjectures).
3.      Melakukan manipulasi matematika.
4.      Menarik kesimpulan, Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi.
5.      Menarik kesimpulan dari pernyataan.
6.      Memeriksa kesahihan suatu argumen.
7.      Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Jadi dapat disimpulkan fondasi dari matematika adalah penalaran matematis karena dalam proses pemikiran diperlukan keragaman dan keterampilan untuk memahami ide-ide para siswa untuk berusaha menghubungkan fakta atau kejadian yang sudah diketahui menuju suatu kesimpulan.
E.       Self Confidence (Kepercayaan Diri)
1.      Pengertian Self Confidence
Kepercayaan diri  (self confidence) adalah unsur penting dalam meraih kesuksesan. Percaya diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang harus percaya diri. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri  haruslah menginginkan  dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangannya sehingga benar-benar mengalahkan kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan.
Kepercayaan diri (self confidence) adalah unsur penting dalam meraih kesuksean. Menurut Molloy (dalam Hapsari, 2011: 341) bahwa kepercayaan diri adalah merasa mampu, nyaman dan puas dengan diri sendiri, dan pada akhirnya tanpa perlu persetujuan orang lain. Menurut Lautser (dalam Fasikhah, 1994) menyatakan bahwa self confidence merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas perbuatannya, harkat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.
Sedangkan menurut Hakim (dalam Anisa, 2012 : 14) self confidence adalah modal dasar seorang manusia dalam memnuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berpikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir  dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri (self confidence) dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada dalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif.
Jadi, self confidence merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya.
2.      Indikator-Indikator dan Aspek-aspek Self confidence
Menurut Ismawati (2010 : 78) indikator  Self Confidence terdiri dari :
1.      Percaya akan kemampuan diri
Suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.
2.      Menjadi diri sendiri
Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dilakukan secara mandiri tanpa adanya keterlibatan orang lain, selain itu mempunyai kemampuan untuk meyakini tindakan yang diambilnya tersebut.

3.      Siap mengahadapi penolakan orang lain
Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu yang ingin diungkapkan dalam dirinya kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang dapat menghambat pengungkapan perasaannya, namun ia juga siap apabila orang lain tidak menerimanya.
4.      Kendali diri yang baik
Adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan  rasa positif terhadap diri sendir  serta pengendalian diri yang baik terhadap penolakan dari apa yang diutarakan kepada orang lain.
Menurut Hakim (dalam Anisa,2012 : 16 ) mengungkapkan beberapa ciri-ciri orang yang memiliki self confidence adalah :
a.       Selalu bersikap tenang dan tidak mudah menyerah.
b.      Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
c.       Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul pada situasi tertentu.
d.      Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilan.
e.       Memiliki kecerdasan yang cukup.
f.       Memiliki kecerdasan yang cukup.
g.      Memiliki keahlian dan keterampilan yang menunjang  kehidupan, misal keterampilan bahasa asing.
h.      Memiliki kemampuan sosialisasi.
i.        Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
j.        Memiliki pengalaman hidup yang menempah mentalnya menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan.
k.      Selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah.
l.        Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam berbagai situasi.
Hakim (dalam  Anisa, 2012 : 17) menjelaskan bahwa rasa percaya diri siswa di sekolah bisa dibangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan yaitu :
1.      Memupuk keberanian untuk bertanya
2.      Peran guru/pendidik yang aktif bertanya pada siswa
3.      Melatih berdiskusi dan berdebat
4.      Mengerjakan soal di depan kelas
5.      Bersaing dalam mencapai prestasi belajar
6.      Aktif dalam kegiatan pertandingan olahraga
7.      Belajar berpidato
8.      Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
9.      Penerapan disiplin yang konsisten
10.  Memperluas pergaulan yang sehat dan lain-lain.
Menurut Lautser  (dalam Hapsari, 2011 : 341), aspek-aspek self confidence adalah sebagai berikut :
1.      Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya merupakan keyakinan kemampuan diri. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.
2.      Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya.
3.      Objektif
Seseorang yang memandang permasalahan sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut dirinya.
4.      Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konskuensinya.
5.      Rasional dan Realistis
Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
F.       Strategi Pembelajaran  Learning Siklus 5E
1.    Perkembangan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Salah satu model pembelajaran sains yang metode pembelajarannya berpusat pada siswa adalah  Learning Cycle 5E. Pembelajaran  bersiklus Learning Cycles merupakan salah satu model pembelajarandengan pendekatan konstruktivis. Namun, sebelum menjadi Learning Cycle 5E, model pembelajaran tersebut melalui berbagai macam proses perkembangan. Model pembelajaran pertama kali muncul dengan nama Learning Cycles (siklus belajar). Model pembelajaran siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curiculum Improvement Study/SCIS (Trowbridge & Bybee, 1996 dalam Wena, 2012 : 170). Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: Eksplorasi (eksploration), Pengenalan konsep (concept introduction), dan Penerapan konsep (concept application). Learning Cycles dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu.
Karplus dan Thier (dalam Fatimah, 2012 : 8) mengemukakan bahwa ketiga tahapan dalam learning cycle adalah exploration, invention, discovery. Akan tetapi, hal ini terus mengalami perkembangan hingga lawson (dalam Fatimah, 2012 : 8) mengemukakan bahwa tahapan dalam Learning Cycle adalah Exploration, Concept Instroduction, Concept Application (E-I-A). Namun menurut Maier & Marek (dalam Fatimah,2012: 8) apapun istilah yang digunakan, Learning Cycle terdiri dari tiga fase yang didasarkan pada teori Piaget, yang apabila digunakan dalam merencanakan pembelajaran, adalah terkait satu sama lain untuk merasakan sains sebagai suatu penyelidikan. Ketiga tahapan dalam Learning Cycle ditunjukkan pada Bagan 2.1 :
Pengenalan Konsep :
Ø  Diskusi
Ø  Konsep baru
Ø  Penjelasan
Ø  pemantapan
Aplikasi Konsep:
Ø Contoh lain
Ø Demonstrasi kembali kegiatan

Eksplorasi :
Ø  Tanya jawab
Ø  Tes awal
Ø  demonstrans

 


Bagan  2.1 Tiga tahapan Learning Cycle
Selama fase eksplorasi, siswa terlibat dalam memecahkan masalah atau tugas. Tujuan fase ini melibatkan siswa dalam aktivitas yang memotivasi, membutuhkan pengalaman hands on dan interaksi verbal, yang menyediakan dasar bagi perkembangan konsep. Fase ini juga menyediakan kesempatan yang bagus bagi siswa untuk menyadari konsep personal mereka tentang fenomena alam tertentu dan bagi pengajar membantu siswa dalam tanya jawab guna memahami dunia sebagaimana juga membantu miskonsepsi yang ada.
Fase kedua dari Learning Cycle, pengenalan konsep, pengajar mengumpulkan informasi dari siswa tentang pengalaman eksplorasinya dan menggunakan informasi tersebut untuk mengenalkan konsep utama dari pelajaran serta setiap kosa kata yang berhubungan dengan konsep, selama fase ini, pengajar menggunakan buku acuan, bantuan audiovisual, bahan tertulis lainnya atau ceramah singkat.
Fase terakhir, aplikasi konsep,  siswa mempelajari tambahan contoh konsep utama pelajaran atau melakukan tugas baru yang dapat dipecahkan berdasarkan aktivitas eksplorasi dan pengenalan konsep sebelumnya.
Model Learning Cycle ini kemudian dikembangkan dan dirinci lagi oleh Prof. Roger Bybee menjadi lima fase, yang dikenal dengan sebutan “Five Es”. Setiap fase dalam model ini memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk menyumbang proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktivitas mental dan fisik siswa serta strategi yang digunakan guru (Fatimah, 2012 : 10).
2.      Tahapan Model Pembelajarn Learning Cycle 5E
Siklus belajar terdiri dari lima fase (5E) yang saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu (Wena, 2012 : 171-172) :

a.       Fase Engagement (pembangkitan minat)
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal  dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiousty) siswa tentang  topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus  membangun  keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
b.      Fase Exploration (Eksplorasi)
Eksplorasi merupakan tahap kedua dalam model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa  didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahanya dengan teman sekelompok, melakukan dan  mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki  siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.
c.       Fase Explanation (penjelasan)
Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi  dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.
d.      Fase Elaboration (elaborasi)
Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian , siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan / mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh  guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
e.       Fase Evaluation (evaluasi)
Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan  pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
3.      Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Cohen dan Clough (dalam Soebagio, 2010) menyatakan bahwa LC merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi pebelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan (Apriyani, 2010) sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
3. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar
4. Pembelajaran menjadi  lebih bermakna
5. Membentuk siswa yang aktif, kritis, dan kreatif
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000):
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
3.  Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
4.  Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
G.      Materi
1)  Kubus
Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi enam buah sisi yang berbentuk persegi yang kongruen.
a.      Unsur-unsur kubus terdiri dari :
1)      Rusuk Kubus
2)      Sisi Kubus
3)      Diagonal Sisi
4)      Diagonal Ruang
5)      Bidang diagonal
b.      luas Permukaan dan Volum Kubus
1.      Luas kubus
Luas kubus merupakan luas semua permukaan kubus yang terdiri dari 6 buah bidang kubus.
Misalkan L adalah luas permukaan kubus dan s adalah panjang rusuk kubus, maka luas kubus dapat dirumuskan:
L = 6 x s x s
   = 6 x s2
2.      Volume Kubus
Jika V adalah volum kubus dan s adalah panjang rusuk kubus, maka volum kubus dirumuskan sebagai berikut :
V = s x s x s
    = s2 x s
    = s3
2)  Balok
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda.




a.      Unsur-Unsur Balok
1)      Panjang balok, contoh AB pada balok ABCD.EFGH
2)      Lebar balok, contoh BC pada balok ABCD.EFGH
3)      Tinggi balok, contoh BF pada ABCD.EFGH
4)      Diagonal sisi
Diagonal sisi atau bidang suatu balok adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut berhadapan pada sebuah sisi. Contoh: titik sudut A dihubungkan pada titik sudut C yang keduanyaterletak pada satu sisi yaitu ABCD dinamakan diagonal sisi ABCD pada balok ABCD.EFGH
5)      Diagonal ruang
Diagonal ruang sebuah balok adalah dua garis yang menghubungkan dua titik sudut berhadapan dengan balok.
Contoh: titik E dihubungkan dengan titik sudut C yang merupakan titik berhadapan dalam ruang kelas ABCD.EFGH
6)      Bidang diagonal
Bidang diagonal balok adalah bidang yang melalui dua buah rusuk yang berhadapan. Bidang diagonal balok membagi balok menjadi dua bagian yang sama besar.
Contoh: bidang BECH merupakan salah satu bidang diagonal balok ABCD.EFGH
b.      Luas  Permukaan dan Volume Balok
1.      Luas permukaan balok
Misalkan L adalah luas permukaan balok, l adalah lebar balok, p adalah panjang balok dan t adalah tinggi balok, maka luas permukaan balok dapat dirumuskan:
L = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
   = 2(pl + pt + lt)
2.      Volume balok
Jika V adalah volum balok dengan l adalah lebar, p adalah panjang dan t adalah tinggi maka volum balok dapat dirumuskan:
V = p x l x t

H.    Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.       Nurma (2010) dalam penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Banguntapan dengan menerapkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
2.       Apriyani (2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan model  learning cycle 5E dapat meningkatkan  kemampuan pemecahan masalah  matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Sanden pada pokok bahasan Prisma dan limas.
3.       Wulandari (2011) dalam penelitiannya menujukkan bahwa melalui pendekatan Problem Posing dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Yogyakarta.
Penelitian di atas dianggap dianggap relevan, walau tidak secara keseluruhan membahas tentang kemampuan  penalaran matematis siswa dan  self confidence dengan  strategi pembelajaran Learning Cycle 5E. Tetapi tujuan dari penelitian ini sama yaitu untuk mencapai dan meningkatkan kemampuan penalaran matematis  siswa dan untuk melihat self confidence siswa
I.       Kerangka Berpikir
Strategi pembelajaran Learning Cycle 5E merupakan suatu strategi pembelajaran yang baik, di mana dalam kegiatan dan penyajiannya,  siswa di tuntut untuk aktif dalam  pembelajaran yang berpusat pada siswa itu sendiri. Yaitu dengan berpedoman pada 5E yaitu: Engagement (pembangkitan minat), Exploration (eksplorasi), Explanation (penjelasan), Elaboration (elaborasi), dan Evaluation (evaluasi).
Melalui strategi pembelajaran Learning Cycle 5E ini, siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pemahaman konsep mereka sendiri, bekerja sama dengan siswa lain untuk memahami konsep, menjelaskan dengan kata-kata mereka sendiri, serta mengaplikasikan konsep yang telah mereka peroleh untuk memecahkan masalah. Untuk keterkaitannya Strategi Pembelajaran Learning cycle 5E ini dengan kemampuan penalaran matematis adalah penalaran matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam matematika. Kemampuan penalaran matematis diperlukan siswa untuk memahami konsep untuk selanjutnya menyelesaikan permasalahan matematika sehingga ketika kegiatan pembelajaran learning cycle 5E berlangsung kemampuan penalaran sangat diperlukan untuk memahami konsep suatu materi dan menemukan konsep baru dan mewujudkan pembelajaran lebih bermakna yang terjadi dalam tahapan strategi pembelajaran learning cycle 5E. Selain itu dalam strategi pembelajaran ini terdapat kepercayaan diri (self confidence) siswa dalam langkah pembelajaran matematika. Dimana dalam pembelajaran matematika yang menerapkan strategi pembelajaran ini siswa memiliki keyakinan terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari dalam proses belajar yaitu memahami, menjelaskan konsep yang diperoleh dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dari kemampuan penalaran matematis yang ada selalu dan diterapkan dalam langkah-langkah strategi pembelajaran learning cycle 5E. Kepercayaan diri (self confidence) siswa juga mendukung dari ketercapaianya strategi pembelajaran ini.
Dalam penerapan strategi pembelajaran Learning Cycle 5E ini yang akan digunakan adalah materi kubus dan balok. dimana dalam materi ini membutuhkan kemampuan penalaran matematis dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di dalamnya. Dan siswa penalaran matematis yang tinggi dari siswa tentu akan percaya diri (self confidence)  terhadap kemampuan yang ada pada diri siswa. Dengan demikian, dengan menerapkan strategi pembelajaran Learning Cycle 5E ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dan self confidence siswa dapat diketahui.
Strategi pembelajaran Learning Cycle menerapkan lima tahapan dalam proses pembelajarannya, yaitu: engagement, exploration, expalanation, elaboration, dan evaluation.
Dari penjelasan di atas, maka dapat kita gambarkan sebuah bagan kerangka berpikir, yaitu:

Materi Kubus dan Balok
Self confidence siswa dapat diketahui
Kemampuan penalaran matematis siswa meningkat
Pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan
 






Bagan 2.2 kerangka Berpikir

K.       Hipotesis Tindakan
Berdasarkan  teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Penerapan Strategi pembelajaran Learning cycle 5E dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan mengetahui self confidence siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau  pada pokok bahasan kubus dan balok”.















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan secara  kolaboratif antara peneliti dengan guru mata pelajaran matematika yang mengajar kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara.
B.     Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara tahun  pelajaran 2012/2013.  Adapun yang menjadi objek penelitian adalah  keseluruhan proses dan  hasil pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran Learning Cycle 5E dalam upaya peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa serta melihat Self Confidence siswa  dalam proses pembelajaran matematika.
C.    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yaitu pada bulan  Maret  sampai April 2013 dengan menyesuaikan jam  pelajaran  matematika di kelas VIII A.  Adapun penelitian bertempat di SMP Negeri 5 Putri Hijau  yang  beralamat di Jalan Kenari Desa Air Petai Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara.
34
 


D.    Prosedur dan Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam prosedur sebagai berikut : (1) perencanaan tindakan (Planning), (2) pelaksanaan tindakan (Action), (3) Observasi (Observation), (4) Refleksi (Reflection). Alur pelaksanaan penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Taniredja, 2010).
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dijalankan melalui beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Apabila hasil siklus I masih belum ideal, maka akan dilanjutkan dengan siklus selanjutnya hingga diperoleh kondisi  ideal. Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan ditempuh dalam setiap siklus.
Siklus I
Siklus I direncanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan pelaksanaan tes. Alokasi waktu untuk masing-masing pertemuan adalah 2 x 40 menit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam siklus I dijabarkan sebagai berikut:

1.      Tahap Perencanaan, meliputi:
Pada tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut,
1)      Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan strategi pembelajaran  Learning Cycle 5E. RPP  ini disusun dengan mempertimbangkan masukan dari dosen pembimbing dan guru pengampu mata pelajaran matematika kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau.
2)      Menyusun bahan ajar yang diperlukan dalam pembelajaran dengan strategi Learning Cycle 5E, meliputi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) .
3)      Menyusun PR untuk setiap pembelajaran pada siklus I.
4)      Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika dengan strategi pembelajaran Learning Cycle 5E.
5)      Menyusun  lembar angket Self Confidence siswa terhadap pembelajaran dengan strategi  Learning Cycle 5E.
6)      Menyusun  soal tes kemampuan penalaran matematis siswa siklus I.
2.      Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, terdapat dua aktivitas utama yaitu,
1)      Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP dengan Learning Cycle 5E.
2)      Peneliti bersama pengamat yang lain berperan sebagai observer yang mengamati pelaksanaan pembelajaran.
Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan dalam penelitian siklus I ini difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis. Secara umum, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi lima tahap.  pada tahap pertama, yakni tahap Engagement,  guru harus memberikan pertanyaan yang dapat menarik minat siswa, sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung. Tahap kedua, yakni Exploration, dimana siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok kecil mengerjakan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang telah dipersiapkan. Tujuan pengerjaan LAS ini adalah untuk membangun konsep yang akan dipelajari, dalam hal ini kubus dan balok. Selanjutnya tahap ketiga, Explanation, yaitu guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan konsep yang mereka peroleh melalui presentasi kelompok. Dilanjutkan dengan tahap Elaboration, siswa menerapkan konsep yang mereka peroleh melalui kegiatan bernalar. Pada tahap akhir, Evaluation, dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tahap-tahap sebelumnya.
Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Apabila siswa sudah paham, maka guru membimbing siswa membuat kesimpulan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari.  Masing-masing kelompok diberi tugas untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pembelajaran selanjutnya dan pada pertemuan berikutnya pembelajaran masih akan menerapkan model pembelajaran  Learning Cycle “5E”
3)      Melaksanakan tes akhir siklus I
3.      Observasi
Observasi (pengamatan) dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan rekan peneliti. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi meliputi pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran, hambatan yang ditemui, kemampuan penalaran matematis siswa, dan mencatat segala aktivitas guru dan siswa di kelas.
4.      Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap proses yang terjadi serta hambatan yang muncul selama tindakan agar peneliti dapat menindaklanjuti dengan melakukan upaya perbaikan untuk tindakan pada siklus berikutnya. Refleksi dilakukan dengan menggabungkan pemikiran dan pendapat dari peneliti dan guru sesuai dengan hasil observasi aktivitas guru dan siswa yang diperoleh belum memenuhi kriteria keberhasilan, maka hasil dari refleksi ini dijadikan dasar untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Yang direfleksi adalah pelaksanaan kegiatan dan kemampuan penalaran siswa.
Siklus Lanjutan
                   Siklus lanjutan  dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya. Pelaksanaan siklus lanjutan mengacu pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Kegiatan pada siklus ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi pada siklus II merupakan langkah penting untuk menentukan apakah siklus penelitian akan dihentikan atau diteruskan.
E.     Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi guru dan siswa, lembar angket self confidence siswa dan lembar tes kemampuan penalaran matematis siswa.
1.      Lembar  Observasi
Lembar observasi terdiri dari lembar observasi guru dan siswa. Lembar observasi guru digunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Strategi pembelajaran Learning Cycle 5E. Observasi guru dilakukan untuk melihat aktivitas guru dan digunakan sebagai acuan perbaikan pelaksanaan siklus berikutnya. Sedangkan lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan dari proses pembelajaran.
2.      Lembar Angket
Sedangkan lembar angket siswa digunakan untuk mengetahui data self confidence siswa, setelah diberikan tindakan. Bentuk angket ini memiliki tingkat pilihan-pilihan karena setiap siswa memiliki ide dan pendapat yang berbeda.
3.      Lembar Tes
Lembar tes yang akan digunakan pada penelitian ini adalah lembar tes kemampuan penalaran matematis. Bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian. Kelebihan tes uraian dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengurutkan maksudnya dengan  gaya bahasa, caranya sendiri  dan memerlukan jawaban pemahaman dalam mengukur hasil belajar siswa. Soal tes yang digunakan merupakan soal tes kemampuan penalaran matematis siswa yang dinyatakan valid dan layak digunakan. Soal-soal pre-test dan post-test adalah ekuivalen, maksudnya bentuk soal boleh saja berbeda tapi indikator tiap nomor harus sama.
F.     Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah data observasi, data angket atau kuisioner dan data hasil tes.
1.      Data Observasi
Observasi akan dilakukan oleh dua orang observer. Observer bertujuan untuk mengamati semua aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran yang menerapkan strategi pembelajaran Learning Cycle 5E.
Data observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk merefleksi tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus dan diolah secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan skala penilaian.
2.      Data Angket.
Data angket Self Confidence Siswa diperoleh dari lembar angket self confidence siswa. Untuk keperluan penelitian ini self confidence siswa dibatasi pada aspek-aspek: keyakinan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis. Lembar angket siswa dari lima katagori alternatif pilihan yaitu  sangat setuju (SS), setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan sangat Tidak Setuju (STS). 
   
3.      Data Hasil Tes
Hasil tes digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa pada tiap masing-masing indikator. Bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian (esai). Tes tersebut merupakan tes yang terstruktur, disusun berdasarkan indikator tes kemampuan penalaran matematis. Adapun kriteria pemberian skor untuk tes kemampuan penalaran berpedoman pada pedoman penskoran kemampuan penalaran matematis siswa. Kriteria pemberian skor diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3.  Kriteria Penilaian Penalaran Matematis
No.
Aspek yang Diukur
Kriteria Penilaian
Nilai
1.        
Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar atau diagram
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah
4
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
3
Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
2
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari
1
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
0
2.        
Kemampuan mengajukan dugaan
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah
4
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
3
Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
2
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari
1
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
0
3.        
Melakukan manipulasi matematika
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah
4
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
3
Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
2
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari
1
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
0
4.        
Menyusun  bukti, memberikan alasan terhadap kebenaran solusi
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah
4
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
3
Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
2
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari
1
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
0
5.        
Menarik kesimpulan dari pernyataan
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah
4
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
3
Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
2
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari
1
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
0
6.       
Memeriksa kesahihan suatu argumen
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah
4
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
3
Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
2
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari
1
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
0
7.        
Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah
4
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
3
Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
2
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari
1
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
0

G. Teknik Analisis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa  hasil catatan lapangan, data hasil observasi aktivitas guru dan siswa, data hasil angket self confidence dan hasil tes siswa.
1.      Analisis Data  Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk mencatat aktivitas yang dilakukan oleh guru berdasarkan aspek yang telah ditentukan dan sebagai pedoman peneliti untuk memperbaiki proses belajar mengajar pada siklus berikutnya.
Lembar observasi aktivitas guru dan siswa dari tiga katagori alternatif jawaban yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Rentang penilaian untuk lembar observasi
Kriteria
Skor
Kurang ( K )
1
Cukup  ( C )
2
Baik    ( B )
3
                            (Sudjana 2005, dalam Ali)
Untuk mengetahui nilai rata-rata aktivitas guru dan siswa dapat dihitung dengan cara menjumlahkan total skor dari pengamat pertama (P1) dan pengamat kedua (P2), kemudian dibagi dua.
 =
Keterangan:
     : Nilai rata-rata
∑P1 : Total skor pengamat pertama
∑P2 : Total skor pengamat kedua
Rata-rata skor pengamat dalam penelitian ini dibagi dalam kategori yaitu baik (B), cukup (C), kurang (K) Dengan memperhatikan Mean ideal dan standar deviasi ideal, yaitu :
a)      Mean ideal (Mi) =  (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
b)      Standar deviasi ideal (Sdi) =  (skor maksimum ideal – skor minimum ideal)
(Widoyoko, 2009)     
Untuk membagi ke dalam kategori, yaitu baik, cukup, dan kurang maka dalam penelitian ini menggunakan pengelolaan rumus tersendiri dengan memperhatikan kurva normal seperti gambar di bawah ini :
Gambar 3.4. Kurva normal skala Likert
Kurva normal luasnya 6 SD (standar deviasi), oleh karena itu untuk membagi 3 kirteria luas masing-masing 3 SD, maka diperoleh:
Tabel 3.5. Rumus menentukan kategori hasil pengamatan
 Rumus Interval Skor
Kategori
Mi +SDi       Mi+ 3 Sdi
B
Mi - SDi  < Mi + Sdi
C
Mi - 3SDi  < Mi – Sdi
 K
                                                                  (Pengolahan rumus)
Lembar observasi aktivitas guru dan siswa masing-masing terdiri dari 10 aspek yang diamati. Skor tertinggi tiap aspek observasi adalah 3 (tiga) maka skor tertinggi adalah 10 x 3 = 30, skor terendah tiap aspek observasi adalah 1 (satu) maka skor terendah adalah 10 x 1 = 10.
Kriteria data observasi guru dan siswa dapat di hitung sebagai berikut :
a)      Skor minimal ideal = jumlah aspek yang diamati x skor terendah tiap aspek yang diamati
b)      Skor maksimum ideal = jumlah aspek yang diamati x skor tertinggi tiap aspek yang diamati
c)      Mean ideal (Mi) =  ( skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
d)      Standar deviasi ideal (Sdi) =  (skor maksimum ideal – skor minimum ideal)
Kirteria data observasi guru dan siswa dengan masing-masing 10 aspek dapat di hitung menggunakan modifikasi rumus yang ada pada tabel 3.5. diatas dan didapat hasil pada tabel berikut ini :
Tabel 3.6. Kategori skor observasi guru dan siswa per aspek
Rentang Skor
Kategori
2,33 ≤  ≤ 3
Baik
 1,67 ≤ < 2,33  
Cukup
1   < 1,67
Kurang
                                                                        (pengelolaan rumus)
Secara keseluruhan kirteria data observasi guru dan siswa dengan masing-masing 10 aspek dapat dihitung menggunakan modifikasi rumus pada tabel 3.5. diatas dan didapat hasil pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7. Kategori skor observasi guru dan siswa secara keseluruhan
 Rentang Skor
Kategori
23 ≤  ≤ 30
Baik
17 ≤ < 23  
Cukup
10   < 17
Kurang
                                                               (pengelolaan rumus)
2.      Analisis hasil tes siswa
Hasil tes digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran siswa dengan strategi pembelajaran Learning Cycle 5E. Soal-soal dalam tes ini adalah soal-soal dengan 7 indikator penalaran matematis.
Untuk soal tes pada siklus I, terdiri dari 5 soal dalam 7 indikator penalaran matematis, seperti yang tertera sebagai berikut:
Tabel 3.8. Indikator dan Skor Maksimum Hasil Tes Penalaran Matematis
Materi
Indikator Penalaran Matematis
Indikator Materi
No Soal
Skor Maksimum
Bangun Ruang Sisi Datar Kubus dan Balok
Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar atau diagram
Menentukan unsur-unsur kubus dan balok: rusuk, bidang sisi,
1 dan 2
4
Mengajukan dugaan
Menentukan panjang diagonal sisi dan diagonal ruang, jaring-jaring
2 dan 3
4
Melakukan manipulasi matematika
Memberikan contoh rusuk dan sisi yang saling sejajar dan kubus dan balok
3 dan 4
4
Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi
Melukis bangun ruang kubus dan menghitung kelilingnya
4
4
Menarik kesimpulan dari pernyataan
Menyimpulkan unsur-unsur, bidang diagonal dan jaring-jaring kubus dan balok
4 dan 5
4
Memeriksa kesahihan suatu argumen
Memeriksa kebenaran  yang ada dari pernyataan unsur-unsur kubus dan balok
1 dan 5
4
Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
Menghitung panjang kawat untuk membuat sebuah kerangka kubus dan balok
4 dan5
4

Nilai yang diperoleh untuk masing-masing indikator pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9. Nilai Maksimum dan minimum perindikator
No
Indikator
Nilai Minimum
Nilai Maksimum
1
Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar atau diagram
0
4
2
Mengajukan dugaan
0
4
3
Melakukan manipulasi matematika
0
4
4
Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi
0
4
5
Menarik kesimpulan dari pernyataan
0
4
6
Memeriksa kesahihan suatu argumen
0
4
7
Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
0
4

Jumlah
0
28

Kriteria data nilai hasil tes siswa perindikator pada siklus I dapat dihitung menggunakan modifikasi rumus yang ada pada tabel 3.5 di atas dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: 
Tabel 3.10. Kategori skor  hasil tes siswa perindikator
No
Indikator
Rentang skor
Kriteria
1
Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar atau diagram
2,66     4
Baik
1,33  < 2,66
Cukup
0  < 1,33
Kurang
2
Mengajukan dugaan
2,66     4
Baik
1,33  < 2,66
Cukup
0  < 1,33
Kurang
3
Melakukan manipulasi matematika
2,66     4
Baik
1,33  < 2,66
Cukup
0  < 1,33
Kurang
4
Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi
2,66     4
Baik
1,33  < 2,66
Cukup
0  < 1,33
Kurang
5
Menarik kesimpulan dari pernyataan
2,66     4
Baik
1,33  < 2,66
Cukup
0  < 1,33
Kurang
6
Memeriksa kesahihan suatu argumen
2,66     4
Baik
1,33  < 2,66
Cukup
0  < 1,33
Kurang
7
Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
2,66     4
Baik
1,33  < 2,66
Cukup
0  < 1,33
Kurang
             
          Tabel 3.11 Kategori skor hasil tes secara keseluruhan
Rentang Skor
Kategori
67 ≤  ≤ 100
Baik
33 ≤ < 67  
Cukup
0   < 33
Kurang
                                                                        (pengelolaan rumus)
Selanjutnya, data penalaran matematis dapat di analisis sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui nilai tes penalaran matematis tiap siswa
=
b.      Menghitung nilai rata-rata skor penalaran matematis
Rata-rata =
c.       Setelah diketahui jumlah siswa yang berada dalam kategori baik akan dimuat dalam persen ( % ) untuk mengetahui peningkatan yang dicapai pada kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut
=
3.      Analisis Data Angket Self Confidence Siswa
Angket Self Confidence  diberikan kepada semua siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri hijau. angket ini digunakan untuk melihat kepercayaan diri siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan yang meliputi  aspek-aspek dalam self confidence. Dimana terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Yang menyediakan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun pedoman perskoran angket Self confidence Siswa adalah  sebagai berikut pada tabel dibawah ini. 
Tabel 3.3 Skala Penilaian Lembar Angket Self Confidence Siswa
Pernyataan
Sangat Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Tidak Setuju
(TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Positif
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
                                                   (Skala Likert dalam Widoyoko, 2009:115)
Angket yang telah diisi akan dikualifikasikan sebagai berikut,
a.       Masing-masing butir pertanyaan angket dikelompokkan sesuai dengan aspek yang diamati.
b.      Dilakukan penghitungan jumlah respon positif untuk setiap butirnya yaitu untuk pernyataan sangat setuju (SS) dan setuju (S) pada butir (+) serta pernyataan sangat tidak setuju (STS) dan tidak setuju (TS) pada butir (-).
c.       Dari jumlah respon positif yang diperoleh pada setiap aspek selanjutnya dihitung persentasenya denga rumus sebagai berikut:
d.      Perhitungan pada c) dikualifikasikan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.4 kriteria kepercayaan diri (Self Confidence) siswa.
Persentase
Kualifikasi
75% ≤ x ≤ 100%
Sangat Baik
50% ≤ x ≤ 75%
Baik
25% ≤ x ≤ 50%
Cukup
0% ≤ x  25%
Tidak Baik
                                                     (Pengelolaan Rumus)
H.    Kriteria Keberhasilan Tindakan
Tindakan dikatakan berhasil apabila mencapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Aktivitas Guru
Apabila rata-rata data hasil observasi aktivitas guru dalam penerapan strategi pembelajaran Learning Cycle “5E” telah mencapai kategori  B (baik).
2.    Aktivitas Siswa
Apabila rata-rata data hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan strategi pembelajaran Learning Cycle “5E”  telah mencapai kategori B (baik).
3.    Kemampuan Penalaran Matematis
Dari hasil tes kemampuan penalaran matematis, tindakan dinyatakan berhasil apabila:
a. Secara keseluruhan indikator kemampuan penalaran matematis yang meliputi tujuh indikator telah masuk dalam kategori baik.
b. Setiap indikator kemampuan penalaran matematisnya telah masuk dalam kategori cukup.
c. Jumlah siswa yang mendapat total skor kemampuan penalaran matematis dalam kategori B (Baik) telah mencapai 65% dari total jumlah siswa.




















L A M P I R A N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar