BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu negara, karena suatu negara akan
maju dan berkembang apabila memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan
memiliki skill yang baik. Diantaranya
program pendidikan itu adalah pendidikan matematika yang merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan nasional.
Matematika
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia, karena matematika tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas
manusia yang membentuk pola pikir manusia dalam bidang-bidang tertentu,
terlatih bernalar, berpikir kritis, logis dan sistematis. Dengan demikian
pemikiran tersebut akan dapat membantu dalam pengembangan dalam ilmu matematika
itu sendiri. Oleh karena itu, ilmu matematika merupakan salah satu ilmu yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga matematika dipelajari di setiap
jenjang pendidikan.
1
|
Selain faktor kognitif yang berpengaruh
terhadap proses pembelajaran adalah faktor afektif dan metakognitif. Faktor
afektif mengacu pada perasaan (feelings)
dan kecenderungan hati (mood). Ada
tiga faktor afektif yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran matematika
siswa, yaitu: keyakinan, sikap dan emosi. Faktor keyakinan berhubungan denga
kepercayaan diri siswa karena akan berpengaruh pada tindakan, upaya, ketekunan
dan fleksibelitas dalam perbedaan, dan realitas tujuan. Karena dengan adanya kepercayaan diri (self
confidence), siswa akan lebih
percaya diri terhadap tindakan yang akan dilakukan dan dikerjakan dalam
belajarnya.
Berdasarkan hasil observasi awal yang
dilakukan dengan siswa dan guru matematika kelas VIII A di SMP Negeri 5 Putri
Hijau, menunjukkan bahwa di dalam pembelajaran matematika lebih berpusat kepada
guru, guru lebih aktif sebagai pemberi informasi bagi siswa, sedangkan siswa
hanya menerima secara pasif semua informasi yang disampaikan oleh guru.
Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih
banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan,
keterampilan, siswa hanya mencontoh dan mencatat bagaimana cara menyelesaikan
soal setelah dikerjakan oleh gurunya, jika mereka diberikan soal yang berbeda
dengan soal latihan, mereka mulai merasa bingung karena tidak tahu harus mulai
darimana mereka mau bekerja, para siswa jarang sekali bertanya jika ada hal-hal
yang belum jelas atau kurang dipahami, siswa juga kurang memiliki keyakinan
untuk mengerjakan soal ke depan kelas.
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa
permasalahan yang timbul adalah ketika siswa dihadapkan dengan materi yang
banyak menggunakan proses penalaran, sementara dalam pokok bahasan kubus dan
balok banyak menggunakan proses penalaran matematis siswa.
Sehingga dalam proses pembelajarannya, kebanyakan
siswa tidak memenuhi standar nilai yang ditetapkan oleh sekolah dan mendapatkan
hasil belajar yang kurang memuaskan. Hal ini diketahui dari banyaknya siswa
yang tidak dapat menyelesaikan soal yang
dianggap mudah oleh guru. Penalaran matematis merupakan suatu kesanggupan dalam
mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan
konsep matematika yang telah dipelajari sebelumnya. Jadi kesulitan siswa dalam belajar matematika disebabkan
siswa kurang memiliki kemampuan
penalaran matematis.
Untuk mengatasi masalah yang ada di SMP
N 5 Putri Hijau ini, maka guru dapat menerapkan strategi pembelajaran inovatif
dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan
penalaran adalah pembelajaran yang memberikan keleluasaan
berpikir kepada siswa dan selain itu
harus menuntut kepercayaan diri siswa dalam belajar. Pembelajaran tersebut
tentu harus berpusat kepada siswa, sedangkan peran guru dalam pembelajaran tidak hanya sebagai penyampai informasi saja
melainkan sebagai fasilitator,
motivator, dan pembimbing yang akan memberikan kesempatan siswa untuk belajar
aktif dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Upaya dalam mengembangkan kemampuan penalaran tersebut dapat diterapkan suatu strategi pembelajaran yang inovatif
dalam belajar yaitu strategi pembelajaran Learning
Cycles 5E. Strategi pembelajaran Learning
Cycles 5E bertujuan membantu
mengembangkan berpikir siswa dari berpikir kongkrit ke abstrak (atau dari
kongkrit ke formal). Learning Cycle 5E
merupakan model pembelajaran yang digunakan pada bidang
sains namun dilihat dari konteksnya strategi pembelajaran ini juga dapat digunakan pada mata pelajaran matematika. Learning
Cycles 5E pada dasarnya strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered) yang terdiri dari lima fase yaitu engagement
(pembangkitan minat), exploration (eksplorasi), explanation (menjelaskan), elaboration (perluasan), dan evaluation (evaluasi) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan
jalan berperan aktif.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka penulis akan mengadakan penelitian tentang kemampuan penalaran matematis
siswa serta dengan melihat kemampuan self confidence siswa melalui
pembelajaran matematika. Pembelajaran
yang akan dilakukan adalah pembelajaran
yang memberikan suatu tindakan melalui alternatif pembelajaran yang
berorientasi pembelajaran yang berpusat ke siswa yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan penalaran siswa, sehingga penulis mengangkat judul penelitian
ini yaitu “Upaya Peningkatan Kemampuan
Penalaran Matematis dan Melihat Self Confidence Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Learning Cycle 5E Pada Siswa kelas
VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana
aktivitas guru dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi
pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis
siswa dan mengetahui Self Confidence siswa
pada kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara ?
2. Bagaimana
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi
pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis
siswa dan mengetahui Self Confidence siswa
pada kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara ?
3. Bagaimana
Self
Confidence siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau setelah penerapan
strategi pembelajaran Learning Cycle 5E dalam meningkatkan
kemampuan penalaran matematis ?
4. Apakah
dengan penerapan strategi pembelajaran Learning Cycles 5E dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis
siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri
Hijau Bengkulu Utara ?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mendeskripsikan aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan penerapan strategi
pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis
dan mengetahui Self Confidence siswa kelas
VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara.
2. Untuk
mendeskripsikan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan
strategi pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan
kemampuan penalaran matematis dan mengetahui Self Confidence siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten
Bengkulu Utara.
3. Untuk
mengetahui Self Confidence siswa
kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau setelah penerapan strategi
pembelajaran Learning Cycle 5E dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis.
4. Untuk
Mengetahui dengan penerapan strategi pembelajaran Learning Cycles 5E dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau Bengkulu Utara.
D.
Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi:
v Guru
Sebagai bahan pertimbangan untuk
menggunakan strategi pembelajaran Learning Cycle 5E dalam pembelajaran
matematika.
v Siswa
a. Siswa
dapat meningkatkan penalaran pada pembelajaran matematika
b. Siswa
terdorong untuk lebih percaya diri (Self
Confidence) dan lebih giat lagi dalam belajar
v Sekolah
Penelitian ini memberikan sumbangan
dalam rangka perbaikan metode dan
strategi pembelajaran matematika.
v Peneliti
Mendapatkan pengalaman secara langsung
dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
E.
Definisi
Istilah.
Agar
tidak terjadi kekeliruan dalam memahami isi, maka diberikan beberapa definisi
istilah berikut:
1.
Penalaran
Matematis adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan berpikir dalam
rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
2. Self confidence
adalah suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga orang
yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa
bebas untuk melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, harkat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat
menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta
dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.
3. Strategi
pembelajaran Learning Cycle 5E adalah
strategi pembelajaran yang berbasis inquiry dan metode pengajarannya berpusat
pada siswa, yang terdiri dari 5 fase yaitu engagement
(pembangkitan minat), exploration
(eksplorasi), explanation
(menjelaskan), elaboration
(elaborasi), dan evaluation
(evaluasi).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di
sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru
terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu
mengajar.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mujiono
(2006: 297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,
untuk membuat siswa belajar aktif menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Sejalan dengan Dimyati dan Mujiono, Sagala (2009 : 62) menyatakan bahwa
pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan
aktivitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
9
|
B.
Pembelajaran
Matematika
Matematika
adalah salah satu materi pembelajaran yang diajarkan di sekolah. Matematika
yang diajarkan disekolah adalah bagian-bagian dari matematika yang dipilih
berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan pendidikan dan perkembangan
IPTEK.
Dalam
pembelajaran matematika pada hakikatnya merupakan interaksi 3 komponen, yaitu guru, siswa, dan matematika. Agar pembelajaran
tersebut dapat berjalan dengan lancar maka ketiga komponen tersebut harus
berjalan secara sinergi. Artinya, guru dalam pembelajaran tidak hanya menjadi
satu-satunya sumber informasi, yang pada akhirnya proses pembelajaran tidak
bersifat satu arah dan transfer informasi saja. Hal lainnya dalam pembelajaran
matematika adalah mengutamakan potensi dan kemampuan siswa dari segi kognitif,
afektif, dan psiomotor. Salah satu diantaranya adalah kemampuan pemecahan
masalah matematis dan disposisi matematis siswa.
Diperkuat
oleh tujuan matematika yang termuat pada kurikulum 2006, bahwa siswa diharapkan
mampu untuk memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasi konsep
atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah.
b. Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
c. Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan
gagasan atau ide dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu,
perhatian dan minat dalam mempelajari matematika. Serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan
tersebut sangat jelas bahwa matematika berperan mempersiapkan siswa agar mampu
menghadapi dan menyelesaikan maslah serta dapat percaya diri dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses
interaksi antar guru, siswa, serta sumber belajar dalam matematika yang
menekankan pada pola pikir yang dapat memecahkan masalah secara logis dan
akurat.
C.
Pembelajaran
Matematika di SMP
a.
Matematika
SMP
Mata
pelajaran matematika di SMP mempunyai standar kompetensi yang terdiri dari 4
aspek yaitu : 1) Bilangan; 2) Aljabar; 3) Geometri dan pengukuran; 4) Peluang
dan Statistika.
Kecakapan
atau kemahiran matematika yang diharapkan dalam pembelajaran matematika yang
mencakup keempat aspek tersebut adalah mencakup : memahami konsep matematika,
menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (Permendiknas No
22 Tahun 2006 dalam Shadiq, 2009 :1)
Adapun
tujuan khusus pengajaran matematika di SMP yang terdapat Pada GBPP matematika yaitu sebagai berikut:
a.
Siswa
memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika
b.
Siswa
memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan
menengah
c.
Siswa
memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari
matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
d.
Siswa
memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, dan
disiplin serta menghargai kegunaan matematika.
(TIM MKPBM UPI, 2001 : 57)
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran matematika di sekolah siswa diharapkan memiliki kemampuan atau kecakapan di bidang
matematika yang dipelajarinya. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh
siswa adalah kemampuan penalaran matematis.
b.
Karakteristik
Siswa SMP
Menurut
Piaget (dalam TIM MKPBM UPI, 2001: 57) bahwa perkembangan kognitif anak dibagi
menjadi empat tahap, yaitu :
a. Tahap
sensori motor, dari lahir sampai umur 2 tahun
b. Tahap
praoperasional, umur 2 – 7 tahun
c. Tahap
operasi kongkret, dari umur 7 – 11 tahun
d. Tahap
operasi formal, dari umur 11 – 15 tahun
Berdasarkan
tahap perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Piaget, dapat diketahui
bahwa siswa SMP berada pada tahap formal operasi yaitu pada umur 11 – 15 tahun.
Dimana pada tahap ini anak sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yang bersifat abstrak, tanpa berhadapan langsung dengan objek atau
benda yang kongkrit. Dengan demikian, siswa SMP sudah dapat menggunakan
kemampuan berpikirnya dalam membangun pemahaman dan pengetahuan melalui
pemecahan masalah yang ada, oleh karena itu dalam pembelajaran matematika siswa
diharapkan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan fungsi
dan taraf kognitif siswa.
D. Kemampuan
Penalaran Matematis
Di dalam pembelajaran matematis yang
berlangsung di kelas, penalaran dan siswa tidak dapat dipisahkan, karena pola
berpikir yang dikembangkan matematika membutuhkan dan melibatkan pemikiran yang
kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Menurut Depdiknas (dalam Shadiq, 2004:3) “materi matematika dan
penalaran matematika merupakan dua hal yang yang tidak dapat dipisahkan, yaitu
materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan
dilatihkan melalui belajar materi matematika”.
a.
Pengertian Penalaran Matematis
Penalaran
adalah salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika yang merupakan proses
mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta dan sumber yang relevan.
Penalaran
adalah proses berpikr yang dilakukan dengan satu cara untuk menarik kesimpulan.
Kesimpulan yang bersifat umum dapat di tarik dari kasus-kasus yang bersifat
individual. Tetapi dapat pula sebaliknya, dari hal yang bersifat individual
menjadi kasus yang bersifat umum. Bernalar adalah melakukan percobaan didalam
pikiran dengan hasil pada setiap langkah dalam untaian percobaan itu telah
diketahui oleh penalar dari pengalaman tersebut.
Menurut
Shadiq (dalam Wardhani,2008:11) penalaran matematis adalah suatu proses atau
aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan berpikir dalam rangka membuat suatu
pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya
telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Menurut
Wardhani (2008 : 12) ada beberapa contoh belajar dengan menggunakan penalaran
matematis :
Ø Jika besar dua sudut dalam segitiga 60° dan 100° maka
besar sudut yang ketiga adalah 20°.
Ø Sekarang Ani berumur 15 tahun. Umur Dina 2 tahun lebih tua dari Ani. Jadi
sekarang umur Dina adalah 17 tahun.
Dari
contoh diatas bahwa materi matematika dan penalaran matematis merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran
matematis, dan penalaran matematis dipahami dan dilatihkan melalui belajar
materi matematika.
b. Jenis-Jenis
Penalaran Matematis
Secara garis besar terdapat dua jenis
penalaran matematis yaitu :
§ Penalaran induktif
§ Penalaran deduktif
Menurut
Wardhani (2008:12) penalaran induktif adalah proses berpikir yang menghubungkan
fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang sudah diketahui menuju suatu kesimpulan
yang bersifat umum. Sedangkan penalaran deduktif yaitu suatu proses berpikir
untuk menarik kesimpulan tentang hal yang khusus yang berpijak pada hal umum
atau hal yang sebelumnya telah dibuktikan kebenarananya.
Contoh
penalaran induktif yaitu, siswa mampu menyimpulkan bahwa jumlah sudt dalam
segitiga adalah 180°, kemudian memotong tiga sudut pada berbagai bentuk segitiga,
yaitu segitiga lancip, segitiga siku-siku dan segitiga tumpul, kemudian tiga
sudut yang dipotong pada tiap segitiga,
dirangkai membuat sudut lurus. Siswa mampu melakukan penalaran induktif,
setelah mengukur tiap sudut pada berbagai bentuk segitiga.
Contoh
penalaran deduktif yaitu siswa mampu melakukan pembuktian bahwa sudut dalam
segitiga itu adalah 180°. Dengan menggunakan sifat sudut pada dua garis sejajar
yang dipotong oleh garis ketiga.
c. Karakteristik
Penalaran Matematis
§ Adanya suatu pola pikir yang disebut logika.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses
berpikir logis. Berpikir logis ini
diartikan sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika
tertentu.
§ Proses berpikirnya bersifat analitik. Penalaran
merupakan suatu kegiatan yang mengandalkan diri pada suatu analitik, dalam
kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analitik tersebut adalah logika
penalaran yang bersangkutan.
d. Indikator
Penalaran Matematis
Dalam
penjelasan teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004
tanggal 11 November 2004 (dalam Wardhani, 2008 : 14) diuraikan bahwa indikator
siswa memiliki kemampuan dalam penalaran matematis adalah mampu :
1.
Menyajikan
pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram.
2.
Mengajukan
dugaan (conjectures).
3.
Melakukan
manipulasi matematika.
4.
Menarik
kesimpulan, Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran
solusi.
5.
Menarik
kesimpulan dari pernyataan.
6.
Memeriksa
kesahihan suatu argumen.
7.
Menemukan
pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Jadi dapat disimpulkan fondasi dari
matematika adalah penalaran matematis karena dalam proses pemikiran diperlukan
keragaman dan keterampilan untuk memahami ide-ide para siswa untuk berusaha
menghubungkan fakta atau kejadian yang sudah diketahui menuju suatu kesimpulan.
E.
Self
Confidence (Kepercayaan Diri)
1.
Pengertian
Self Confidence
Kepercayaan
diri (self confidence) adalah unsur penting dalam meraih kesuksesan. Percaya
diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi
seseorang harus percaya diri. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan
kepercayaan diri haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang
mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangannya sehingga
benar-benar mengalahkan kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan
motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan.
Kepercayaan
diri (self confidence) adalah unsur penting dalam meraih kesuksean. Menurut
Molloy (dalam Hapsari, 2011: 341) bahwa kepercayaan diri adalah merasa mampu,
nyaman dan puas dengan diri sendiri, dan pada akhirnya tanpa perlu persetujuan
orang lain. Menurut Lautser (dalam Fasikhah, 1994) menyatakan bahwa self confidence merupakan suatu sikap
atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga orang yang bersangkutan
tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk
melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas perbuatannya, harkat
dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai
orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan
dan kekurangannya.
Sedangkan
menurut Hakim (dalam Anisa, 2012 : 14) self
confidence adalah modal dasar seorang manusia dalam memnuhi berbagai
kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berpikir dan
berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia
dengan rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun
rasa percaya diri (self confidence)
dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada dalam diri seseorang harus
dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif.
Jadi,
self confidence merupakan suatu
keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan
menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan
dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya.
2.
Indikator-Indikator
dan Aspek-aspek Self confidence
Menurut
Ismawati (2010 : 78) indikator Self Confidence terdiri dari :
1. Percaya
akan kemampuan diri
Suatu keyakinan atas
diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan
kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi
tersebut.
2. Menjadi
diri sendiri
Dapat bertindak dalam
mengambil keputusan terhadap apa yang dilakukan secara mandiri tanpa adanya
keterlibatan orang lain, selain itu mempunyai kemampuan untuk meyakini tindakan
yang diambilnya tersebut.
3. Siap
mengahadapi penolakan orang lain
Adanya suatu sikap
untuk mampu mengutarakan sesuatu yang ingin diungkapkan dalam dirinya kepada
orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang dapat menghambat pengungkapan
perasaannya, namun ia juga siap apabila orang lain tidak menerimanya.
4. Kendali
diri yang baik
Adanya penilaian yang baik dari
dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang
menimbulkan rasa positif terhadap diri
sendir serta pengendalian diri yang baik
terhadap penolakan dari apa yang diutarakan kepada orang lain.
Menurut
Hakim (dalam Anisa,2012 : 16 ) mengungkapkan beberapa ciri-ciri orang yang
memiliki self confidence adalah :
a. Selalu
bersikap tenang dan tidak mudah menyerah.
b. Mempunyai
potensi dan kemampuan yang memadai.
c. Mampu
menetralisasi ketegangan yang muncul pada situasi tertentu.
d. Memiliki
kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilan.
e. Memiliki
kecerdasan yang cukup.
f. Memiliki
kecerdasan yang cukup.
g. Memiliki
keahlian dan keterampilan yang menunjang
kehidupan, misal keterampilan bahasa asing.
h. Memiliki
kemampuan sosialisasi.
i.
Memiliki latar belakang pendidikan
keluarga yang baik.
j.
Memiliki pengalaman hidup yang menempah
mentalnya menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan.
k. Selalu
bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah.
l.
Mampu menyesuaikan diri dan
berkomunikasi dalam berbagai situasi.
Hakim
(dalam Anisa, 2012 : 17) menjelaskan
bahwa rasa percaya diri siswa di sekolah bisa dibangun melalui berbagai macam
bentuk kegiatan yaitu :
1. Memupuk
keberanian untuk bertanya
2. Peran
guru/pendidik yang aktif bertanya pada siswa
3. Melatih
berdiskusi dan berdebat
4. Mengerjakan
soal di depan kelas
5. Bersaing
dalam mencapai prestasi belajar
6. Aktif
dalam kegiatan pertandingan olahraga
7. Belajar
berpidato
8. Mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler
9. Penerapan
disiplin yang konsisten
10. Memperluas
pergaulan yang sehat dan lain-lain.
Menurut
Lautser (dalam Hapsari, 2011 : 341),
aspek-aspek self confidence adalah
sebagai berikut :
1. Keyakinan
kemampuan diri
Keyakinan
kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya merupakan
keyakinan kemampuan diri. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang
dilakukannya.
2. Optimis
Optimis
adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik
dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya.
3. Objektif
Seseorang
yang memandang permasalahan sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan
menurut dirinya.
4. Bertanggung
jawab
Bertanggung
jawab adalah kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah
menjadi konskuensinya.
5. Rasional
dan Realistis
Rasional
dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu
kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai
dengan kenyataan.
F.
Strategi
Pembelajaran Learning Siklus 5E
1.
Perkembangan
Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Salah
satu model pembelajaran sains yang metode pembelajarannya berpusat pada siswa
adalah Learning Cycle 5E. Pembelajaran bersiklus Learning
Cycles merupakan salah satu model pembelajarandengan pendekatan
konstruktivis. Namun, sebelum menjadi Learning
Cycle 5E, model pembelajaran tersebut melalui berbagai macam proses
perkembangan. Model pembelajaran pertama kali muncul dengan nama Learning Cycles (siklus belajar). Model
pembelajaran siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curiculum Improvement Study/SCIS
(Trowbridge & Bybee, 1996 dalam Wena, 2012 : 170). Siklus belajar merupakan
salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang mulanya
terdiri atas tiga tahap, yaitu: Eksplorasi (eksploration),
Pengenalan konsep (concept introduction),
dan Penerapan konsep (concept application).
Learning Cycles dikembangkan lebih
dari 30 tahun yang lalu.
Karplus
dan Thier (dalam Fatimah, 2012 : 8) mengemukakan bahwa ketiga tahapan dalam learning cycle adalah exploration, invention, discovery.
Akan tetapi, hal ini terus mengalami perkembangan hingga lawson (dalam Fatimah,
2012 : 8) mengemukakan bahwa tahapan dalam Learning
Cycle adalah Exploration, Concept
Instroduction, Concept Application (E-I-A). Namun menurut Maier & Marek
(dalam Fatimah,2012: 8) apapun istilah yang digunakan, Learning Cycle terdiri dari tiga fase yang didasarkan pada teori Piaget,
yang apabila digunakan dalam merencanakan pembelajaran, adalah terkait satu
sama lain untuk merasakan sains sebagai suatu penyelidikan. Ketiga tahapan
dalam Learning Cycle ditunjukkan pada
Bagan 2.1 :
Pengenalan Konsep :
Ø Diskusi
Ø Konsep
baru
Ø Penjelasan
Ø pemantapan
|
Aplikasi
Konsep:
Ø Contoh
lain
Ø Demonstrasi
kembali kegiatan
|
Eksplorasi :
Ø Tanya
jawab
Ø Tes
awal
Ø demonstrans
|
Bagan 2.1 Tiga tahapan Learning Cycle
Selama
fase eksplorasi, siswa terlibat dalam memecahkan masalah atau tugas. Tujuan
fase ini melibatkan siswa dalam aktivitas yang memotivasi, membutuhkan
pengalaman hands on dan interaksi verbal, yang menyediakan dasar bagi
perkembangan konsep. Fase ini juga menyediakan kesempatan yang bagus bagi siswa
untuk menyadari konsep personal mereka tentang fenomena alam tertentu dan bagi
pengajar membantu siswa dalam tanya jawab guna memahami dunia sebagaimana juga
membantu miskonsepsi yang ada.
Fase
kedua dari Learning Cycle, pengenalan
konsep, pengajar mengumpulkan informasi dari siswa tentang pengalaman
eksplorasinya dan menggunakan informasi tersebut untuk mengenalkan konsep utama
dari pelajaran serta setiap kosa kata yang berhubungan dengan konsep, selama
fase ini, pengajar menggunakan buku acuan, bantuan audiovisual, bahan tertulis
lainnya atau ceramah singkat.
Fase
terakhir, aplikasi konsep, siswa
mempelajari tambahan contoh konsep utama pelajaran atau melakukan tugas baru
yang dapat dipecahkan berdasarkan aktivitas eksplorasi dan pengenalan konsep
sebelumnya.
Model
Learning Cycle ini kemudian
dikembangkan dan dirinci lagi oleh Prof. Roger Bybee menjadi lima fase, yang
dikenal dengan sebutan “Five Es”.
Setiap fase dalam model ini memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk
menyumbang proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktivitas mental dan
fisik siswa serta strategi yang digunakan guru (Fatimah, 2012 : 10).
2.
Tahapan
Model Pembelajarn Learning Cycle 5E
Siklus
belajar terdiri dari lima fase (5E) yang saling berhubungan satu sama lainnya,
yaitu (Wena, 2012 : 171-172) :
a. Fase
Engagement (pembangkitan minat)
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap
awal dari siklus belajar. Pada tahap
ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiousty) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan
sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa
akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan
pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok
bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada/tidaknya kesalahan
konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan/perikatan antara pengalaman
keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
b. Fase
Exploration (Eksplorasi)
Eksplorasi
merupakan tahap kedua dalam model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi
dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan
untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru.
Dalam kelompok ini siswa didorong untuk
menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif
pemecahanya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau
pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek
pengetahuan yang dimiliki siswa apakah
sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.
c. Fase
Explanation (penjelasan)
Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus
belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan
suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi
atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa
atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas,
dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.
d. Fase
Elaboration (elaborasi)
Elaborasi merupakan tahap keempat siklus
belajar. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang
telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian
, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan /
mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap
ini dapat dirancang dengan baik oleh
guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi
belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
e. Fase
Evaluation (evaluasi)
Evaluasi merupakan tahap akhir dari
siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau
pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri
dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan
mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang
diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan
evaluasi tentang proses penerapan model siklus belajar yang sedang diterapkan,
apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang.
Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan
atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
3.
Kelemahan
dan Kelebihan Model Pembelajaran Learning
Cycle 5E
Cohen
dan Clough (dalam Soebagio, 2010) menyatakan bahwa LC merupakan strategi jitu
bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes
dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru
penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru
dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi
pebelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan (Apriyani, 2010) sebagai
berikut:
1.
Pembelajaran berpusat pada siswa
2.
Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran
3.
Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar
4.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna
5.
Membentuk siswa yang aktif, kritis, dan kreatif
Adapun kekurangan penerapan strategi
ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio,
2000):
1.
Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran
2.
Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan
proses pembelajaran
3.
Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih
terencana dan terorganisasi
4.
Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih
banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
G.
Materi
1)
Kubus
Kubus adalah suatu bangun ruang yang
dibatasi enam buah sisi yang berbentuk persegi yang kongruen.
a.
Unsur-unsur kubus terdiri dari :
1) Rusuk Kubus
2) Sisi Kubus
3) Diagonal Sisi
4) Diagonal Ruang
5) Bidang diagonal
b.
luas Permukaan dan Volum Kubus
1. Luas kubus
Luas kubus merupakan luas semua permukaan kubus yang terdiri
dari 6 buah bidang kubus.
Misalkan L adalah luas permukaan kubus dan s adalah panjang
rusuk kubus, maka luas kubus dapat dirumuskan:
L = 6 x s x s
= 6 x s2
2. Volume Kubus
Jika V adalah volum kubus dan s adalah panjang rusuk kubus,
maka volum kubus dirumuskan sebagai berikut :
V = s x s x s
= s2 x
s
= s3
2)
Balok
Balok adalah suatu bangun ruang yang
dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang, dengan paling tidak
satu pasang diantaranya berukuran berbeda.
a.
Unsur-Unsur Balok
1) Panjang balok, contoh AB pada balok
ABCD.EFGH
2) Lebar balok, contoh BC pada balok
ABCD.EFGH
3) Tinggi balok, contoh BF pada
ABCD.EFGH
4) Diagonal sisi
Diagonal sisi atau bidang suatu balok adalah ruas garis yang
menghubungkan dua titik sudut berhadapan pada sebuah sisi. Contoh: titik sudut
A dihubungkan pada titik sudut C yang keduanyaterletak pada satu sisi yaitu
ABCD dinamakan diagonal sisi ABCD pada balok ABCD.EFGH
5) Diagonal ruang
Diagonal ruang sebuah balok adalah dua garis yang
menghubungkan dua titik sudut berhadapan dengan balok.
Contoh: titik E dihubungkan dengan titik sudut C yang
merupakan titik berhadapan dalam ruang kelas ABCD.EFGH
6) Bidang diagonal
Bidang diagonal balok adalah bidang yang melalui dua buah
rusuk yang berhadapan. Bidang diagonal balok membagi balok menjadi dua bagian
yang sama besar.
Contoh: bidang BECH merupakan salah satu bidang diagonal
balok ABCD.EFGH
b.
Luas Permukaan dan Volume Balok
1. Luas permukaan balok
Misalkan L adalah luas permukaan balok, l adalah lebar balok, p
adalah panjang balok dan t adalah
tinggi balok, maka luas permukaan balok dapat dirumuskan:
L = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(pl + pt
+ lt)
2. Volume balok
Jika V adalah volum balok dengan l adalah lebar, p adalah
panjang dan t adalah tinggi maka
volum balok dapat dirumuskan:
V = p x l x t
H.
Hasil
Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Nurma
(2010) dalam penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Banguntapan dengan menerapkan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
2. Apriyani
(2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan model learning
cycle 5E dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMP N 2 Sanden pada pokok bahasan Prisma dan limas.
3. Wulandari
(2011) dalam penelitiannya menujukkan bahwa melalui pendekatan Problem Posing dapat meningkatkan
kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Yogyakarta.
Penelitian di atas dianggap dianggap
relevan, walau tidak secara keseluruhan membahas tentang kemampuan penalaran matematis siswa dan self
confidence dengan strategi
pembelajaran Learning Cycle 5E.
Tetapi tujuan dari penelitian ini sama yaitu untuk mencapai dan meningkatkan
kemampuan penalaran matematis siswa dan
untuk melihat self confidence siswa
I.
Kerangka
Berpikir
Strategi
pembelajaran Learning Cycle 5E
merupakan suatu strategi pembelajaran yang baik, di mana dalam kegiatan dan
penyajiannya, siswa di tuntut untuk
aktif dalam pembelajaran yang berpusat
pada siswa itu sendiri. Yaitu dengan berpedoman pada 5E yaitu: Engagement (pembangkitan minat), Exploration (eksplorasi), Explanation (penjelasan), Elaboration (elaborasi), dan
Evaluation (evaluasi).
Melalui
strategi pembelajaran Learning Cycle 5E
ini, siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pemahaman konsep mereka
sendiri, bekerja sama dengan siswa lain untuk memahami konsep, menjelaskan
dengan kata-kata mereka sendiri, serta mengaplikasikan konsep yang telah mereka
peroleh untuk memecahkan masalah. Untuk keterkaitannya Strategi Pembelajaran Learning cycle 5E ini dengan kemampuan penalaran
matematis adalah penalaran matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam
matematika. Kemampuan penalaran matematis diperlukan siswa untuk memahami
konsep untuk selanjutnya menyelesaikan permasalahan matematika sehingga ketika
kegiatan pembelajaran learning cycle 5E
berlangsung kemampuan penalaran sangat diperlukan untuk memahami konsep suatu
materi dan menemukan konsep baru dan mewujudkan pembelajaran lebih bermakna
yang terjadi dalam tahapan strategi pembelajaran learning cycle 5E. Selain itu dalam strategi pembelajaran ini
terdapat kepercayaan diri (self
confidence) siswa dalam langkah pembelajaran matematika. Dimana dalam
pembelajaran matematika yang menerapkan strategi pembelajaran ini siswa
memiliki keyakinan terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima apa
adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari dalam proses
belajar yaitu memahami, menjelaskan konsep yang diperoleh dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dari kemampuan
penalaran matematis yang ada selalu dan diterapkan dalam langkah-langkah
strategi pembelajaran learning cycle 5E. Kepercayaan diri (self confidence)
siswa juga mendukung dari ketercapaianya strategi pembelajaran ini.
Dalam
penerapan strategi pembelajaran Learning Cycle 5E ini yang akan digunakan
adalah materi kubus dan balok. dimana dalam materi ini membutuhkan kemampuan
penalaran matematis dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di dalamnya. Dan
siswa penalaran matematis yang tinggi dari siswa tentu akan percaya diri (self confidence) terhadap kemampuan yang ada pada diri siswa.
Dengan demikian, dengan menerapkan strategi pembelajaran Learning Cycle 5E ini, diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan penalaran matematis siswa dan self
confidence siswa dapat diketahui.
Strategi
pembelajaran Learning Cycle menerapkan lima tahapan dalam proses
pembelajarannya, yaitu: engagement,
exploration, expalanation, elaboration, dan evaluation.
|
Materi Kubus dan Balok
|
Self
confidence siswa dapat diketahui
|
Kemampuan penalaran matematis siswa meningkat
|
Pembelajaran
yang menyajikan suatu permasalahan
|
Bagan
2.2 kerangka Berpikir
K. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka
berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Penerapan Strategi pembelajaran Learning cycle 5E dapat meningkatkan
kemampuan penalaran matematis dan mengetahui self confidence siswa
kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau pada pokok bahasan kubus dan balok”.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mata
pelajaran matematika yang mengajar kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau
Kabupaten Bengkulu Utara.
B.
Subjek
dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelas VIII A
SMP Negeri 5 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara tahun pelajaran 2012/2013. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah keseluruhan proses dan hasil pembelajaran matematika melalui strategi
pembelajaran Learning Cycle 5E dalam
upaya peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa serta melihat Self Confidence siswa dalam proses pembelajaran matematika.
C.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yaitu pada bulan Maret sampai April 2013 dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika di kelas VIII A. Adapun penelitian bertempat di SMP Negeri 5
Putri Hijau yang beralamat di Jalan Kenari Desa Air Petai
Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara.
34
|
D.
Prosedur
dan Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan
dilaksanakan dalam prosedur sebagai berikut : (1) perencanaan tindakan (Planning), (2) pelaksanaan tindakan (Action), (3) Observasi (Observation), (4) Refleksi (Reflection). Alur pelaksanaan penelitian
menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Taniredja, 2010).
Gambar 3.1 Siklus Penelitian
Tindakan Kelas
Penelitian ini dijalankan melalui
beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Apabila hasil siklus I masih belum ideal, maka akan
dilanjutkan dengan siklus selanjutnya hingga diperoleh kondisi ideal. Berikut ini adalah langkah-langkah yang
akan ditempuh dalam setiap siklus.
Siklus
I
Siklus I direncanakan dalam 4 kali
pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan 1 kali
pertemuan pelaksanaan tes. Alokasi waktu untuk masing-masing pertemuan adalah 2
x 40 menit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam siklus I dijabarkan
sebagai berikut:
1. Tahap
Perencanaan, meliputi:
Pada tahap ini,
peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut,
1) Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan strategi pembelajaran Learning
Cycle 5E. RPP ini disusun dengan
mempertimbangkan masukan dari dosen pembimbing dan guru pengampu mata pelajaran
matematika kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri Hijau.
2) Menyusun
bahan ajar yang diperlukan dalam pembelajaran dengan strategi Learning Cycle 5E, meliputi Lembar
Aktivitas Siswa (LAS) .
3) Menyusun
PR untuk setiap pembelajaran pada siklus I.
4) Menyusun
lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika dengan
strategi pembelajaran Learning Cycle 5E.
5)
Menyusun lembar angket Self Confidence siswa terhadap pembelajaran dengan strategi Learning
Cycle 5E.
6) Menyusun
soal tes kemampuan penalaran matematis
siswa siklus I.
2. Pelaksanaan
Tindakan
Pada tahap ini,
terdapat dua aktivitas utama yaitu,
1) Guru
melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP dengan Learning Cycle 5E.
2) Peneliti
bersama pengamat yang lain berperan sebagai observer yang mengamati pelaksanaan
pembelajaran.
Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dilakukan dalam penelitian siklus I ini difokuskan pada upaya untuk
meningkatkan kemampuan penalaran matematis. Secara umum, kegiatan pembelajaran
dibagi menjadi lima tahap. pada tahap
pertama, yakni tahap Engagement, guru harus memberikan pertanyaan yang dapat
menarik minat siswa, sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran yang akan berlangsung. Tahap kedua, yakni Exploration, dimana siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam
kelompok kecil mengerjakan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang telah
dipersiapkan. Tujuan pengerjaan LAS ini adalah untuk membangun konsep yang akan
dipelajari, dalam hal ini kubus dan balok. Selanjutnya tahap ketiga, Explanation, yaitu guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengemukakan konsep yang mereka peroleh melalui
presentasi kelompok. Dilanjutkan dengan tahap Elaboration, siswa menerapkan konsep yang mereka peroleh melalui
kegiatan bernalar. Pada tahap akhir, Evaluation,
dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tahap-tahap sebelumnya.
Guru mempersilahkan siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Apabila siswa sudah paham, maka
guru membimbing siswa membuat kesimpulan tentang pokok bahasan yang telah
dipelajari. Masing-masing kelompok
diberi tugas untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pembelajaran
selanjutnya dan pada pertemuan berikutnya pembelajaran masih akan menerapkan
model pembelajaran Learning Cycle “5E”
3) Melaksanakan
tes akhir siklus I
3. Observasi
Observasi (pengamatan) dilaksanakan
secara kolaboratif antara peneliti dan rekan peneliti. Observasi dilaksanakan
selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi
meliputi pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran, hambatan yang
ditemui, kemampuan penalaran matematis siswa, dan mencatat segala aktivitas guru
dan siswa di kelas.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi
terhadap proses yang terjadi serta hambatan yang muncul selama tindakan agar
peneliti dapat menindaklanjuti dengan melakukan upaya perbaikan untuk tindakan
pada siklus berikutnya. Refleksi dilakukan dengan menggabungkan pemikiran dan
pendapat dari peneliti dan guru sesuai dengan hasil observasi aktivitas guru
dan siswa yang diperoleh belum memenuhi kriteria keberhasilan, maka hasil dari
refleksi ini dijadikan dasar untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Yang
direfleksi adalah pelaksanaan kegiatan dan kemampuan penalaran siswa.
Siklus Lanjutan
Siklus lanjutan dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus
sebelumnya. Pelaksanaan siklus lanjutan mengacu pada hasil refleksi pada siklus
sebelumnya. Kegiatan pada siklus ini meliputi perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi pada siklus II merupakan
langkah penting untuk menentukan apakah siklus penelitian akan dihentikan atau
diteruskan.
E.
Instrumen
Penelitian
Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi guru dan
siswa, lembar angket self confidence
siswa dan lembar tes kemampuan penalaran matematis siswa.
1. Lembar Observasi
Lembar
observasi terdiri dari lembar observasi guru dan siswa. Lembar observasi guru
digunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan Strategi pembelajaran Learning
Cycle 5E. Observasi guru dilakukan untuk melihat aktivitas guru dan
digunakan sebagai acuan perbaikan pelaksanaan siklus berikutnya. Sedangkan
lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran
yang diinginkan dari proses pembelajaran.
2. Lembar
Angket
Sedangkan
lembar angket siswa digunakan untuk mengetahui data self confidence siswa, setelah diberikan tindakan. Bentuk angket
ini memiliki tingkat pilihan-pilihan karena setiap siswa memiliki ide dan pendapat
yang berbeda.
3. Lembar
Tes
Lembar
tes yang akan digunakan pada penelitian ini adalah lembar tes kemampuan penalaran
matematis. Bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian. Kelebihan tes uraian
dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengurutkan maksudnya dengan gaya
bahasa, caranya sendiri dan memerlukan
jawaban pemahaman dalam mengukur hasil belajar siswa. Soal tes yang digunakan
merupakan soal tes kemampuan penalaran matematis siswa yang dinyatakan valid dan
layak digunakan. Soal-soal pre-test dan post-test adalah ekuivalen, maksudnya
bentuk soal boleh saja berbeda tapi indikator tiap nomor harus sama.
F.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah data observasi, data angket atau
kuisioner dan data hasil tes.
1. Data
Observasi
Observasi
akan dilakukan oleh dua orang observer. Observer bertujuan untuk mengamati
semua aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran yang menerapkan strategi
pembelajaran Learning Cycle 5E.
Data
observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk merefleksi tindakan yang
telah dilakukan pada setiap siklus dan diolah secara deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan skala penilaian.
2. Data
Angket.
Data
angket Self Confidence Siswa
diperoleh dari lembar angket self confidence siswa. Untuk keperluan
penelitian ini self confidence siswa
dibatasi pada aspek-aspek: keyakinan kemampuan diri, optimis, objektif,
bertanggung jawab, rasional dan realistis. Lembar angket siswa dari lima
katagori alternatif pilihan yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan sangat Tidak Setuju (STS).
3.
Data
Hasil Tes
Hasil
tes digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa pada tiap
masing-masing indikator. Bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian (esai).
Tes tersebut merupakan tes yang terstruktur, disusun berdasarkan indikator tes
kemampuan penalaran matematis. Adapun kriteria pemberian skor untuk tes kemampuan
penalaran berpedoman pada pedoman penskoran kemampuan penalaran matematis siswa.
Kriteria pemberian skor diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Penalaran Matematis
No.
|
Aspek
yang Diukur
|
Kriteria
Penilaian
|
Nilai
|
1.
|
Menyajikan pernyataan matematika
secara lisan, tertulis, gambar atau diagram
|
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep
ilmiah
|
4
|
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit
satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
|
3
|
||
Jawaban memberikan sebagian informasi yang
benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
|
2
|
||
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang
mendasar tentang konsep yang dipelajari
|
1
|
||
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban
hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
|
0
|
||
2.
|
Kemampuan mengajukan dugaan
|
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep
ilmiah
|
4
|
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit
satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
|
3
|
||
Jawaban memberikan sebagian informasi yang
benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
|
2
|
||
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang
mendasar tentang konsep yang dipelajari
|
1
|
||
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
|
0
|
||
3.
|
Melakukan manipulasi matematika
|
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep
ilmiah
|
4
|
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit
satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
|
3
|
||
Jawaban memberikan sebagian informasi yang
benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
|
2
|
||
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang
mendasar tentang konsep yang dipelajari
|
1
|
||
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
|
0
|
||
4.
|
Menyusun bukti, memberikan alasan terhadap kebenaran
solusi
|
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep
ilmiah
|
4
|
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit
satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
|
3
|
||
Jawaban memberikan sebagian informasi yang
benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
|
2
|
||
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang
mendasar tentang konsep yang dipelajari
|
1
|
||
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban
hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
|
0
|
||
5.
|
Menarik kesimpulan dari pernyataan
|
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep
ilmiah
|
4
|
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit
satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
|
3
|
||
Jawaban memberikan sebagian informasi yang
benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
|
2
|
||
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang
mendasar tentang konsep yang dipelajari
|
1
|
||
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban
hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
|
0
|
||
6.
|
Memeriksa
kesahihan suatu argumen
|
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep
ilmiah
|
4
|
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit
satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
|
3
|
||
Jawaban memberikan sebagian informasi yang
benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
|
2
|
||
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang
mendasar tentang konsep yang dipelajari
|
1
|
||
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban
hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
|
0
|
||
7.
|
Menemukan pola atau sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi
|
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep
ilmiah
|
4
|
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit
satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
|
3
|
||
Jawaban memberikan sebagian informasi yang
benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya
|
2
|
||
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang
mendasar tentang konsep yang dipelajari
|
1
|
||
Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban
hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong
|
0
|
G. Teknik Analisis data
Data
yang diperoleh dalam penelitian ini berupa
hasil catatan lapangan, data hasil observasi aktivitas guru dan siswa,
data hasil angket self confidence dan hasil tes siswa.
1.
Analisis
Data Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar
observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk mencatat aktivitas yang
dilakukan oleh guru berdasarkan aspek yang telah ditentukan dan sebagai pedoman
peneliti untuk memperbaiki proses belajar mengajar pada siklus berikutnya.
Lembar
observasi aktivitas guru dan siswa dari tiga katagori alternatif jawaban yaitu
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
3.1. Rentang penilaian untuk lembar observasi
Kriteria
|
Skor
|
Kurang
( K )
|
1
|
Cukup ( C )
|
2
|
Baik ( B )
|
3
|
(Sudjana 2005,
dalam Ali)
Untuk
mengetahui nilai rata-rata aktivitas guru dan siswa dapat dihitung dengan cara
menjumlahkan total skor dari pengamat pertama (P1) dan pengamat kedua (P2),
kemudian dibagi dua.
=
Keterangan:
: Nilai rata-rata
∑P1 :
Total skor pengamat pertama
∑P2 :
Total skor pengamat kedua
Rata-rata
skor pengamat dalam penelitian ini dibagi dalam kategori yaitu baik (B), cukup
(C), kurang (K) Dengan memperhatikan Mean
ideal dan standar deviasi ideal,
yaitu :
a)
Mean
ideal (Mi) =
(skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
b)
Standar
deviasi ideal (Sdi) =
(skor maksimum ideal – skor minimum ideal)
(Widoyoko,
2009)
Untuk membagi ke dalam kategori, yaitu baik,
cukup, dan kurang maka dalam penelitian ini menggunakan pengelolaan rumus
tersendiri dengan memperhatikan kurva normal seperti gambar di bawah ini :
Gambar
3.4. Kurva normal skala Likert
Kurva normal luasnya 6 SD (standar deviasi),
oleh karena itu untuk membagi 3 kirteria luas masing-masing 3 SD, maka
diperoleh:
Tabel 3.5.
Rumus menentukan kategori hasil pengamatan
Rumus
Interval Skor
|
Kategori
|
Mi +SDi ≤
≤ Mi+ 3 Sdi
|
B
|
Mi - SDi ≤
< Mi + Sdi
|
C
|
Mi - 3SDi ≤
< Mi – Sdi
|
K
|
(Pengolahan rumus)
Lembar
observasi aktivitas guru dan siswa masing-masing terdiri dari 10 aspek yang
diamati. Skor tertinggi tiap aspek observasi adalah 3 (tiga) maka skor
tertinggi adalah 10 x 3 = 30, skor terendah tiap aspek observasi adalah 1
(satu) maka skor terendah adalah 10 x 1 = 10.
Kriteria data observasi guru dan siswa dapat di
hitung sebagai berikut :
a)
Skor
minimal ideal = jumlah aspek yang diamati x skor terendah tiap aspek yang
diamati
b)
Skor
maksimum ideal = jumlah aspek yang diamati x skor tertinggi tiap aspek yang
diamati
c)
Mean
ideal (Mi) =
( skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
d)
Standar
deviasi ideal (Sdi) =
(skor maksimum ideal – skor minimum ideal)
Kirteria
data observasi guru dan siswa dengan masing-masing 10 aspek dapat di hitung
menggunakan modifikasi rumus yang ada pada tabel 3.5. diatas dan didapat hasil
pada tabel berikut ini :
Tabel 3.6. Kategori skor observasi guru dan siswa per aspek
Rentang Skor
|
Kategori
|
2,33 ≤
≤ 3
|
Baik
|
1,67 ≤
<
2,33
|
Cukup
|
1 ≤
< 1,67
|
Kurang
|
(pengelolaan
rumus)
Secara
keseluruhan kirteria data observasi guru dan siswa dengan masing-masing 10
aspek dapat dihitung menggunakan modifikasi rumus pada tabel 3.5. diatas dan
didapat hasil pada tabel berikut ini:
Tabel
3.7. Kategori skor observasi guru dan siswa secara keseluruhan
Rentang Skor
|
Kategori
|
23 ≤
≤ 30
|
Baik
|
17 ≤
<
23
|
Cukup
|
10 ≤
< 17
|
Kurang
|
(pengelolaan rumus)
2.
Analisis
hasil tes siswa
Hasil tes digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan penalaran siswa dengan strategi pembelajaran Learning
Cycle 5E. Soal-soal dalam tes ini adalah soal-soal dengan 7 indikator penalaran
matematis.
Untuk soal tes pada siklus I, terdiri
dari 5 soal dalam 7 indikator penalaran matematis, seperti yang tertera sebagai
berikut:
Tabel
3.8. Indikator dan Skor Maksimum Hasil Tes Penalaran Matematis
Materi
|
Indikator Penalaran Matematis
|
Indikator Materi
|
No Soal
|
Skor Maksimum
|
Bangun
Ruang Sisi Datar Kubus dan Balok
|
Menyajikan pernyataan matematika secara
lisan, tertulis, gambar atau diagram
|
Menentukan
unsur-unsur kubus dan balok: rusuk, bidang sisi,
|
1 dan
2
|
4
|
Mengajukan dugaan
|
Menentukan
panjang diagonal sisi dan diagonal ruang, jaring-jaring
|
2 dan
3
|
4
|
|
Melakukan manipulasi matematika
|
Memberikan
contoh rusuk dan sisi yang saling sejajar dan kubus dan balok
|
3 dan
4
|
4
|
|
Menyusun bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadap kebenaran solusi
|
Melukis
bangun ruang kubus dan menghitung kelilingnya
|
4
|
4
|
|
Menarik kesimpulan dari pernyataan
|
Menyimpulkan
unsur-unsur, bidang diagonal dan jaring-jaring kubus dan balok
|
4 dan
5
|
4
|
|
Memeriksa kesahihan suatu argumen
|
Memeriksa
kebenaran yang ada dari pernyataan unsur-unsur
kubus dan balok
|
1 dan
5
|
4
|
|
Menemukan pola atau sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi
|
Menghitung
panjang kawat untuk membuat sebuah kerangka kubus dan balok
|
4 dan5
|
4
|
Nilai yang diperoleh untuk masing-masing indikator pada siklus I
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9. Nilai Maksimum dan minimum
perindikator
No
|
Indikator
|
Nilai
Minimum
|
Nilai
Maksimum
|
1
|
Menyajikan pernyataan matematika secara lisan,
tertulis, gambar atau diagram
|
0
|
4
|
2
|
Mengajukan dugaan
|
0
|
4
|
3
|
Melakukan manipulasi matematika
|
0
|
4
|
4
|
Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap
kebenaran solusi
|
0
|
4
|
5
|
Menarik kesimpulan dari pernyataan
|
0
|
4
|
6
|
Memeriksa kesahihan suatu argumen
|
0
|
4
|
7
|
Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk
membuat generalisasi
|
0
|
4
|
|
Jumlah
|
0
|
28
|
Kriteria data nilai hasil tes siswa
perindikator pada siklus I dapat dihitung menggunakan modifikasi rumus yang ada
pada tabel 3.5 di atas dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.10. Kategori skor hasil tes siswa perindikator
No
|
Indikator
|
Rentang
skor
|
Kriteria
|
1
|
Menyajikan
pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar atau diagram
|
2,66
4
|
Baik
|
1,33
< 2,66
|
Cukup
|
||
0
< 1,33
|
Kurang
|
||
2
|
Mengajukan
dugaan
|
2,66
4
|
Baik
|
1,33
< 2,66
|
Cukup
|
||
0
< 1,33
|
Kurang
|
||
3
|
Melakukan manipulasi matematika
|
2,66
4
|
Baik
|
1,33
< 2,66
|
Cukup
|
||
0
< 1,33
|
Kurang
|
||
4
|
Menyusun
bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi
|
2,66
4
|
Baik
|
1,33
< 2,66
|
Cukup
|
||
0
< 1,33
|
Kurang
|
||
5
|
Menarik
kesimpulan dari pernyataan
|
2,66
4
|
Baik
|
1,33
< 2,66
|
Cukup
|
||
0
< 1,33
|
Kurang
|
||
6
|
Memeriksa
kesahihan suatu argumen
|
2,66
4
|
Baik
|
1,33
< 2,66
|
Cukup
|
||
0
< 1,33
|
Kurang
|
||
7
|
Menemukan
pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
|
2,66
4
|
Baik
|
1,33
< 2,66
|
Cukup
|
||
0
< 1,33
|
Kurang
|
Tabel 3.11 Kategori skor hasil tes
secara keseluruhan
Rentang Skor
|
Kategori
|
67 ≤
≤ 100
|
Baik
|
33 ≤
<
67
|
Cukup
|
0 ≤
< 33
|
Kurang
|
(pengelolaan
rumus)
Selanjutnya, data penalaran matematis dapat di
analisis sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui nilai tes penalaran matematis
tiap siswa
=
b.
Menghitung
nilai rata-rata skor penalaran matematis
Rata-rata
=
c. Setelah diketahui jumlah siswa yang berada
dalam kategori baik akan dimuat dalam persen ( % ) untuk mengetahui peningkatan
yang dicapai pada kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan rumus
sebagai berikut
=
3.
Analisis
Data Angket Self Confidence Siswa
Angket Self Confidence diberikan
kepada semua siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Putri hijau. angket ini digunakan
untuk melihat kepercayaan diri siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika
yang telah dilaksanakan yang meliputi
aspek-aspek dalam self confidence. Dimana terdiri dari pernyataan
positif dan negatif. Yang menyediakan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun pedoman
perskoran angket Self confidence Siswa adalah
sebagai berikut pada tabel dibawah ini.
Tabel
3.3 Skala Penilaian Lembar Angket Self
Confidence Siswa
Pernyataan
|
Sangat
Setuju
(SS)
|
Setuju
(S)
|
Tidak
Setuju
(TS)
|
Sangat
Tidak Setuju (STS)
|
Positif
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Negatif
|
1
|
2
|
3
|
4
|
(Skala
Likert dalam Widoyoko, 2009:115)
Angket yang telah diisi
akan dikualifikasikan sebagai berikut,
a. Masing-masing
butir pertanyaan angket dikelompokkan sesuai dengan aspek yang diamati.
b. Dilakukan
penghitungan jumlah respon positif untuk setiap butirnya yaitu untuk pernyataan
sangat setuju (SS) dan setuju (S) pada butir (+) serta pernyataan sangat tidak
setuju (STS) dan tidak setuju (TS) pada butir (-).
c. Dari
jumlah respon positif yang diperoleh pada setiap aspek selanjutnya dihitung
persentasenya denga rumus sebagai berikut:
d. Perhitungan
pada c) dikualifikasikan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.4
kriteria kepercayaan diri (Self
Confidence) siswa.
Persentase
|
Kualifikasi
|
75% ≤ x ≤ 100%
|
Sangat Baik
|
50% ≤ x ≤ 75%
|
Baik
|
25% ≤ x ≤ 50%
|
Cukup
|
0% ≤ x ≤ 25%
|
Tidak Baik
|
(Pengelolaan
Rumus)
H.
Kriteria
Keberhasilan Tindakan
Tindakan
dikatakan berhasil apabila mencapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas
Guru
Apabila rata-rata data hasil
observasi aktivitas guru dalam penerapan strategi pembelajaran Learning Cycle “5E” telah mencapai
kategori B (baik).
2. Aktivitas
Siswa
Apabila rata-rata data hasil
observasi aktivitas siswa dalam penerapan strategi pembelajaran Learning Cycle “5E” telah mencapai kategori B (baik).
3. Kemampuan
Penalaran Matematis
Dari hasil tes kemampuan penalaran matematis, tindakan
dinyatakan berhasil apabila:
a. Secara keseluruhan
indikator kemampuan penalaran matematis yang meliputi tujuh indikator telah
masuk dalam kategori baik.
b. Setiap indikator
kemampuan penalaran matematisnya telah masuk dalam kategori cukup.
c. Jumlah siswa yang
mendapat total skor kemampuan penalaran matematis dalam kategori B (Baik) telah
mencapai 65% dari total jumlah siswa.
L A M P I R A N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar